Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) yang sedang mengalami peretasan terhadap sistem Pusat Data Nasional (PDN).Â
Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, keamanan informasi menjadi salah satu pilar penting bagi sebuah negara. Beberapa waktu lalu, kita dikejutkan dengan pernyataan dari Budi Arie Setiadi selakuAlih-alih meminta maaf kepada masyarakat, Budi justru bersyukur dengan mengatakan, "Kesimpulan mereka ini non-state actor dengan motif ekonomi. Itu alhamdulillah dulu. Karena kalau nyerang negara, berat." Sebuah pernyataan yang sungguh ironis. Kebocoran data, bagaimanapun juga tetaplah sebuah kelalaian yang tidak dapat ditolerir, apalagi disyukuri.Â
Dalam kasus ini, kita dapat melihat bagaimana seorang pejabat publik seolah-olah tidak menyadari betapa seriusnya masalah kebocoran data ini. Lebih mirisnya lagi, Budi mengatakan bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika (kominfo) tidak memiliki backup dari data nasional tersebut.
Jika kita melihat ke negara-negara lain, kasus serupa telah menimbulkan reaksi yang serius. Ketika terjadi suatu kebocoran data di Swedia dan Polandia, para menteri terkait langsung mengundurkan diri sebagai bentuk tanggung jawab serta kemandirian moral atas kejadian tersebut.Â
Keputusan ini tidak hanya menunjukkan integritas, tetapi juga menyampaikan pesan kuat bahwa keamanan informasi adalah prioritas utama yang tidak boleh diabaikan. Namun, di negeri ini, kita masih melihat adanya perbedaan mencolok dari kedua negara tersebut. Kebocoran data yang semestinya menjadi peringatan besar bagi pemerintah justru dipandang dengan sikap yang terkesan acuh tak acuh.Â
Hal ini tentu sangat memprihatinkan, terutama jika kita melihat latar belakang Budi Arie Setiadi selaku Menkominfo yang bukan berasal dari bidang IT. Ketidakmampuan untuk memahami dan menanggapi ancaman digital dengan serius menunjukkan perlunya seorang pemimpin yang jauh lebih kompeten dan memiliki latar belakang yang relevan di bidang teknologi informasi.Â
Dengan demikian, kepemimpinan yang kompeten dalam posisi strategis seperti Menkominfo tidak hanya sekadar memahami teknologi, tetapi juga harus mampu mengelola dan menanggapi ancaman dengan cara yang efektif dan bertanggung jawab.
Di era digital ini, keamanan siber menjadi hal yang sangat penting. Sehingga, perekrutan ahli dalam bidang IT yang berkompeten menjadi langkah penting dalam meningkatkan kualitas keamanan siber nasional. Keahlian mereka dalam bidang IT dan menanggapi ancaman siber akan menjadi benteng pertahanan yang kuat bagi data dan informasi negara.Â
Selain itu, pemerintah perlu merangkul generasi muda karena potensi dan keahlian mereka di bidang teknologi dapat dikolaborasikan untuk bersama-sama melindungi negara dari ancaman digital. Generasi muda dapat dilibatkan dalam berbagai program edukasi, pelatihan, dan penelitian terkait keamanan siber.Â
Disamping itu, perlu adanya audit rutin terkait sistem keamanan yang harus dilaksanakan secara berkala, minimal setiap 3-6 bulan sekali. Hal ini dapat dilakukan dengan metode penetration testing oleh Red Team dan counter attack oleh Blue Team. Audit ini bertujuan untuk menguji ketahanan sistem terhadap serangan siber dan mengidentifikasi celah keamanan yang perlu diperbaiki.Â
Pelaksanaan backup data secara rutin juga tidak boleh dilupakan, sebab dalam kasus peretasan PDN ini, Kominfo tidak memiliki backup terhadap data tersebut. Sehingga, sekurang-kurangnya setiap akhir bulan, harus dilaksanakan backup data secara rutin. Backup data ini menjadi langkah penting untuk menyelamatkan data dari kehilangan akibat peretasan atau kerusakan sistem.Â
Edukasi tentang keamanan siber kepada masyarakat juga sangat diperlukan, terutama di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar), juga menjadi kunci utama. Masyarakat perlu memahami pentingnya keamanan data pribadi dan cara-cara untuk melindungi diri dari berbagai ancaman siber. Dengan pengetahuan yang mumpuni, masyarakat akan lebih siap dalam menghadapi era digital yang penuh dengan tantangan.
Dengan langkah-langkah strategis ini, diharapkan Indonesia dapat membangun keamanan siber yang lebih kuat dan tangguh, sehingga terhindar dari berbagai serangan siber yang dapat merugikan individu, masyarakat, dan negara. Kita tentu ingin melihat Indonesia yang lebih tanggap dan serius dalam menghadapi ancaman digital.Â
Berkaca dari kasus peretasan PDN ini, terlihat bahwa data masyarakat tidak dilindungi secara maksimal, dibuktikan dengan tidak adanya backup dari data nasional tersebut. Sehingga, dibutuhkan seorang Menkominfo yang jauh lebih kompeten dan mampu merespons dengan tepat ketika krisis terjadi.Â
Mengandalkan pemimpin yang tepat dapat membawa perubahan besar dalam menghadapi tantangan digital yang semakin kompleks. Sebagai rakyat, kita memiliki hak untuk menuntut para pemimpin kita agar lebih bertanggung jawab dan kompeten dalam menjalankan tugas mereka.Â
Menkominfo yang kompeten, yang memiliki latar belakang dan pengetahuan di bidang teknologi informasi, diharapkan dapat bekerja lebih optimal dan menjaga keamanan data negara dengan lebih baik.Â
Keamanan informasi bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh, sebab di era digital ini, informasi adalah hal yang sangat krusial. Maka, sudah saatnya kita mengingatkan pemerintah bahwa setiap kebocoran data adalah kelalaian yang serius. Dan kelalaian atas peretasan PDN ini tidak boleh disyukuri, tetapi harus ditanggapi dengan tindakan nyata dan kepemimpinan yang kompeten.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H