"Kalau sedang musim buah macam duren atau duku, saya biasanya membeli dari petani. Lalu saya menjualnya ke toke besar di Jambi, Padang, hingga ke Pekan Baru" lanjut Jup.
"Dari sejak awal mula saya diajak orang tua berkebun disekitar sini, setahu saya namanya sudah Telago jando" kata Hada, karena memang punya kebun didekat sana.
"Selain untuk nengok kebun, saya juga sering masuk hutan untuk mencari, rotan, manau, madu, dan hasil hutan bukan kayu lainnya" lanjut Hada.
Itulah misteri dari nama Telago Jando, yang hingga saat ini masih misteri bagi saya. Untuk misteri lainnya, terutama yang berhubungan dengan klenik dan mistik, biar ahlinya saja yang membahas. Saya mah tidak ahli dibidang itu.Â
Kalau ada yang mau mengkaji dari sisi geologi, geomorpologi dan analisis landskap, hidrologi, atau yang lainnya, juga monggo. Silahkan.
Kalau dari saya, sekian ajah dulu ya.
Siapa tahu besok lusa ada sambungannya.
Silahkan berkunjung ke Telago Jando.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H