"Santai saja. kamu hanya perlu berdiri di belakang konter kaca ini. Jika ada pembeli datang, siapkan senyum terbaikmu dan sapalah. Setelah itu, kamu bisa memberi kode kepadaku kalau si pembeli mulai bertanya-tanya tentang harga kain. Aku yakin kamu gak tahu kan jenis-jenis kain dan harganya berapa, kan?" Jupiter berbisik ke arah Cella yang terlihat bingung dan ragu.
      "Iya, Jupe. Kamu jangan jauh-jauh ya berdirinya. Dekat aku saja nanti ya," pinta Cella.
      Jupiterpun mengangguk, kemudian mereka berdiri berdekatan di balik konter kaca sambil menunggu pembeli.
      Satu per satu pembeli datang silih berganti. Saat itu, keadaan masih aman. Cella menyapa, kemudian Jupiter yang melayani, mengambilkan kain, tawar-menawar harga, dan akhirnya memotong kain sesuai dengan permintaan pembeli.
Namun, lama kelamaan pembeli datang tanpa henti. Yang awalnya mereka berdua bersama melayani pembeli, kini mereka berdiri berjauhan karena Jupiter sedang mengambilkan kain yang diinginkan pembeli di rak kain yang lain.
Seorang ibu setengah baya datang seorang diri lalu melihat-lihat kain. Dia mengedarkan pandangannya, kemudian dia terlihat bingung.
"Selamat pagi, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" Cella menyapanya dengan ramah.
"Oh iya, Ci. Saya butuh kain brokat bahan kebaya untuk anak saya yang mau lamaran bulan enam. Kira-kira harga per meter berapa ya Ci?"
Cella tersenyum senang karena dipanggil Cici. Apakah karena wajahnya cenderung putih bersih maka dia dipanggil demikian? Diam-diam dia tersipu malu.
"Ci, kok malah senyum-senyum. Harga satu meter kain brokat berapa?"
"Oh iya ... coba saya tanyakan sebentar ya, Bu."