Mohon tunggu...
Freddy
Freddy Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Bisnis - Pembicara - Penulis - Aktivis

Better is not enough. The best is yet to come

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Peranan Smelter Dalam Mewujudkan Cita-Cita Indonesia Menjadi Negara Maju 2045

17 November 2024   05:00 Diperbarui: 17 November 2024   07:30 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Fasilitas smelter PT GNI. Sumber: Kompas.com

Hilirisasi Industri menjadi salah satu langkah penting bagi Indonesia untuk menjadi negara maju pada Tahun 2045 – Presiden Joko Widodo

Sejak Tahun 2017, Presiden Jokowi gencar mencanangkan Gerakan Hilirisasi Industri guna meningkatkan pendapatan negara. Pemerintah memang harus mempertimbangkan segala alternatif penerimaan negara, alih-alih memperketat dan “menggencet” Wajib Pajak perseorangan dan Perusahaan di Indonesia, apalagi kesadaran membayar pajak di Indonesia relatif masih rendah. 

Tahun 2022, di antara negara-negara ASEAN, Rasio Pajak Indonesia berada di peringkat ke-3 dari bawah dengan skor 10,41%, hanya “unggul” dari Myanmar (5,78%) & Laos (9,46%). Sementara rasio Pajak di Malaysia = 11,4%, Kamboja = 12,04%, Singapura = 12,96%, Filipina = 14,6%, Vietnam = 16,21% dan Thailand 17,18%. Kalau berkaca pada negara-negara di Eropa, Tahun 2021 Rasio Pajak terendah di Eropa adalah Irlandia (22,1%) dan tertinggi di Negara Denmark (46,1%).

Namun kita semua tahu, dan pemerintah juga paham bahwa kebijakan memperketat Wajib Pajak Perseorangan dan Perusahaan guna meningkatkan Rasio Pajak bukan merupakan kebijakan yang populis, dan bukan tidak mungkin kebijakan ini bisa berbalik menjatuhkan pemerintah.

Alih-alih terus-menerus “menggencet” Wajib Pajak Perseorangan dan Perusahaan, Presiden Jokowi memilih peluang peningkatan penghasilan pajak melalui peningkatan nilai tambah hasil SDA yang berlimpah di Indonesia dalam Program Hilirisasi Industri.

Sejak dulu SDA di Indonesia dikeruk kemudian di ekspor ke negara lain dalam bentuk bahan mentah yang nilai jualnya pada tingkatan terendah. Setibanya di negara tujuan, bahan mentah tersebut diproses, dilebur & dimurnikan hingga menjadi bahan yang bernilai jual tinggi. PT Freeport Indonesia, sejak berdiri di Tahun 1967, selama 57 tahun mengekspor dalam bentuk bahan mentah untuk di proses di luar negeri. Baru sejak Juli 2024 PT Freeport Indonesia memiliki dan mengoperasikan smelternya yang berlokasi di Jawa Timur.

Untuk mengetahui perbandingan nilai jualnya, saya berikan ilustrasi timah. Saat ditambang, timah masih berbentuk seperti pasir campuran (pasir timah basah) nilai jualnya Rp 100.000/kg. Pasir timah basah ini kemudian diproses menjadi hanya pasir timah hitam dan selanjutnya diproses lagi melalui fasilitas smelter menjadi batangan mineral timah murni dengan nilai jual Rp 603.000/kg. Dari kasus timah ini kita melihat bahwa dari bahan mentah menjadi bahan jadi, terjadi peningkatan nilai jual hingga 600%.

Untuk menjadi negara kategori maju dibutuhkan SDM yang berkualitas yang dapat menghasilkan kemajuan teknologi. Upaya ini sudah dimulai di era Presiden SBY melalui Program Sekolah Gratis dari Tingkat SD hingga SMA sejak Tahun 2008. Kebijakan ini hingga sekarang masih dilanjutkan dan bahkan ada wacana pemerintah agar kebijakan sekolah gratis tersebut bisa juga menjangkau jenjang perguruan tinggi. Namun untuk mewujudkannya, negara membutuhkan anggaran yang besar. Karena jangankan perguruan tinggi gratis, anggaran yang dimiliki pemerintah untuk program gratis sekolah SD hingga SMA saat ini saja belum mampu menutupi seluruh kebutuhan operasional di masing-masing sekolah negeri, sehingga masih dibutuhkan partisipasi dari orang tua murid.

Di bidang kesehatan masyarakat, Presiden Soeharto memulai program kesehatan dengan mendirikan posyandu untuk memberikan pelayanan Kesehatan dan pengembangan anak secara terpadu. Posyandu bersama dengan Puskesmas secara rutin memberikan imunisasi gratis kepada bayi dan anak-anak untuk menghasilkan SDM yang sehat dan kuat.

Imunisasi dan Sekolah Gratis merupakan fondasi yang dilakukan pemerintah dalam menyiapkan SDM Indonesia yang berkualitas tinggi menuju Kategori Negara Maju. Namun selain itu, kita juga masih butuh pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dan merata di seluruh wilayah di Indonesia. Belum lagi kebutuhan alutsista untuk memperkuat pertahanan negara. Kesehatan, pendidikan, infrastruktur, alutsista, ini semua membutuhkan anggaran negara yang besar.

Kabar baiknya, Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah yang mampu mendukung cita-cita menjadi negara maju di Tahun 2045. Asalkan Sumber Daya Alam yang dimiliki tersebut, dikelola dengan baik agar dapat memberikan hasil yang optimal.

Tidak ada cara lain selain menjalankan hilirisasi Industri di Indonesia. Dengan hilirisasi industri, nilai jual produk lebih tinggi karena mendapat nilai tambah. Nilai jual yang lebih tinggi otomatis menaikkan pendapatan pajak negara. Dari produk nikel saja, nilai ekspor mengalami peningkatan dari USD 5,4 Miliar sebelum hilirisasi, menjadi USD 35,6 Miliar setelah diterapkannya hilirisasi. Ini baru nikel, belum lagi tembaga, emas dan lainnya.

Foto: ilustrasi bijih nikel. Sumber foto: Kompas.com
Foto: ilustrasi bijih nikel. Sumber foto: Kompas.com
Namun keberhasilan pemerintah Indonesia dalam melakukan hilirisasi industri produk nikel sejauh ini bukannya tanpa rintangan. Sejak kebijakan hilirisasi ini diterapkan, Pemerintah Indonesia telah mendapat banyak protes hingga gugatan dari negara-negara lain melalui WTO. Tapi tentu saja kita tidak bergeming. Sebagai pemilik sumber daya alam, kita berhak menetapkan bagaimana kita akan menjual sumber daya alam tersebut.

Selain penolakan dan gugatan, ternyata banyak juga perusahaan asing yang melihat kebijakan ini sebagai peluang untuk berinvestasi membangun smelter di Indonesia. Di Pulau Sulawesi juga telah dibangun smelter untuk mengolah nikel yang banyak terdapat di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Maluku Utara. Keempat provinsi di atas, selama tahun 2021 mengalami peningkatan realisasi investasi di sektor hilir dan telah berkontribusi pada penerimaan investasi di sektor pertambangan hingga 83,35%.

Lembaga Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) baru-baru ini juga menerbitkan studinya yang mengungkapkan bahwa saat ini nikel menjadi salah satu bahan tambang yang dapat memberi manfaat besar untuk peningkatan kesejahteraan rakyat.

Studi INDEF ini diperkuat dengan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah yang menunjukkan kondisi perekonomian Sulawesi Tengah Triwulan 3 tahun 2023 mengalami pertumbuhan sebesar 13,06% (y-o-y).

Salah satu smelter yang turut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Tengah adalah PT Gunbuster Nickel Industry / GNI (https://gunbusternickelindustry.com/) yang berlokasi di Morowali Utara. Kehadiran smelter GNI selain berkontribusi dalam peningkatan pajak kepada pemerintah, juga memiliki kontribusi langsung kepada Masyarakat, terutama memberikan lapangan kerja.

Saat ini GNI telah mempekerjakan sekitar 13.000 tenaga kerja yang sebagian besar dari warga desa-desa di Kabupaten Morowali dan Morowali Utara. Bahkan ke depan, rekrutmen warga untuk bekerja di GNI diperkirakan akan terus bertambah hingga puluhan ribu. Efek berantai dari lapangan kerja yang dihasilkan GNI membuat roda perekonomian di Kabupaten Morowali Utara berputar dan bertumbuh, hingga secara otomatis menaikkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Tengah hingga 13,06% pada Triwulan 3 Tahun 2023, jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 4,94%.

Selain faktor ekonomi, kehadiran smelter milik GNI juga secara langsung memberikan dampak dalam peningkatan kualitas hard skill dan soft skill SDM melalui pelatihan dan sertifikasi yang rutin diselenggarakan oleh GNI. GNI sendiri juga berharap kontribusi yang diberikan bukan hanya sekadar menjadi pemimpin industri nikel, namun juga menjadi mitra pembangunan yang komprehensif untuk membawa perubahan positif bagi masyarakat dan daerah sekitarnya.

Kalau sudah begitu, kita semua tentu berharap akan munculnya banyak GNI – GNI baru di provinsi lain di Indonesia, agar tercipta lapangan kerja baru yang lebih besar, agar tercipta lebih banyak tenaga SDM yang lebih berkualitas, agar perekonomian di wilayah di mana smelter berada tumbuh tinggi, agar penerimaan negara melalui pajak juga semakin tinggi sehingga negara memiliki kemampuan anggaran lebih baik dalam upaya menyejahterakan Masyarakat.

Melihat kontribusi ekonomi dan sosial yang dihasilkan melalui industri smelter, apabila seluruh smelter di Indonesia memiliki etos kerja dan visi misi yang sama seperti GNI, tidak tertutup kemungkinan bahwa industri smelter bisa saja menjadi salah satu lokomotif yang mempercepat negara kita mencapai peringkat sebagai negara maju di tahun 2045. Kalau sudah begini, tidak salah lagi Langkah yang dilakukan pemerintah mencanangkan Hilirisasi Industri.

Salam Hilirisasi,

Freddy Kwan

Referensi:

https://klikpajak.id/blog/rasio-pajak/#:~:text=Rasio%20Pajak%20Indonesia%20Dibanding%20Negara%2DNegara%20ASEAN,-Berikut%20perbandingan%20tax&text=Indonesia%20%3D%2010%2C41%25

https://news.ddtc.co.id/berita/internasional/30967/capai-461-tax-ratio-negara-ini-tertinggi-di-uni-eropa

 Portofolio: https://www.kompasiana.com/freddykwan/65b339dd12d50f29b0385296/mengapa-harus-hilirisasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun