Mohon tunggu...
Freddy
Freddy Mohon Tunggu... Konsultan - Sales - Marketing - Operation

To complete tasks and working target perfectly. Leave path in a trail.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Celebrity Worship Syndrome Dunia Politik: Mimpi Memimpin Sang Pemimpin Idola

13 November 2023   13:41 Diperbarui: 14 November 2023   19:17 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (KOMPAS/DIDIE SW)

Ada obatnya gak kalau sudah sampai pada tahap sindrom CWS? 

Tidak mudah mengobati seseorang yang sudah mencapai tahap sindrom CWS. Sebaiknya kita bisa menangkal sindrom CWS dari awal dengan cara jangan pernah mengagumi seseorang secara berlebihan. Untuk itu kita butuh kedewasaan dalam berpikir. 

Kedewasaan dalam berpikir memisahkan aspek kehidupan kita dengan kehidupan sang idola kita. Bahwa Kita bukan dia, dan dia bukan Kita. 

Kedewasaan dalam berpikir akan membawa kita pada pemahaman bahwa kita harus melapangkan hati kita dipimpin oleh sang pemimpin idola kita, bukannya bermimpi kita lah yang memimpin sang pemimpin idola dengan mengendalikan semua keputusan sang idola. 

Kita harus paham dan sadari dimana posisi kita dan dimana posisi idola kita. Jangan seperti komentator sepak bola yang begitu mudah mengomentari kegagalan seorang pemain sepakbola, tanpa memahami gejolak, keletihan yang dialami pemain bola tersebut. Tapi sudah pasti, sang komentator belum tentu bisa bermain sebaik komentarnya saat ia terlibat aktif menjadi pemain. 

Tidak ada manusia yang sempurna, termasuk orang yang kita idolakan dan diri kita sendiri. Tidak ada keputusan yang bisa memuaskan semua orang, betapa pun baiknya orang yang membuat keputusan tersebut. 


Demikian juga, tidak ada orang yang disukai semua orang betapa pun baiknya orang tersebut. Ini kenyataan hidup yang sering kita abaikan, karena kita memaksakan keterbatasan pemahaman kita ke dalam hidup orang lain, termasuk hidup idola kita. 

Kita pikir Prabowo kehilangan arah sehingga terpaksa menerima Gibran, padahal keputusan itu dihasilkan melalui diskusi yang panjang, penghitungan yang matang dari Prabowo bersama-sama dengan koalisinya untuk memenangkan Pilpres 2024. 

Kita pikir Gibran hanya lah seorang anak muda biasa yang membonceng popularitas ayahnya, tanpa kita mau mengamati apa yang sudah berhasil dicapai seorang Gibran, anak muda yg sukses dalam bisnis dan setelah masuk dunia pemerintahan menjadi Walikota Solo juga memberikan kontribusi nyata terhadap warga dan pembangunan di Kota Solo? 

Kita berpikir bahwa seorang Hakim MK telah bertindak sembrono penuh KKN melalui keputusannya mengijinkan batas usia capres-cawapres minimal 35 tahun demi melancarkan jalan keponakannya, tanpa mau melihat fakta bahwa sekarang ini di dunia sudah banyak sekali anak-anak muda yang tampil berprestasi baik di jalur bisnis maupun di jalur pemerintahan. Termasuk juga anak-anak muda di Indonesia. 

Kita berpikir bahwa dengan mengijinkan batas minimal capres-cawapres ke usia 35 tahun, hukum telah dikangkangi oleh kepentingan dinasti politik tanpa mau melihat bahwa sebelum itu hukum yang sama juga telah menurunkan standar pendidikan minimal seorang capres-cawapres dari sarjana S1 menjadi SMA. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun