Mohon tunggu...
Freddy
Freddy Mohon Tunggu... Konsultan - Sales - Marketing - Operation

To complete tasks and working target perfectly. Leave path in a trail.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Monopoli Oli ATPM di Balik Minimnya Pemahaman Konsumen

29 Juli 2020   19:44 Diperbarui: 29 Juli 2020   23:10 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi salah satu bengkel di Bali- dokpri

Oli Sintetik adalah oli yang telah diproses untuk menghasilkan base oil yang lebih murni dengan membuang unsur-unsur mineral yang tidak bermanfaat atau merugikan dalam proses pelumasan di dalam mesin kendaraan. Karena diproses lebih baik, dan sifatnya yang telah membuang unsur-unsur mineral yang tidak bermanfaat sehingga lebih murni, oleh sebab itu oli sintetik memiliki harga jual yang jauh lebih mahal. Kalau saya tidak salah ingat, paling murah harga oli sintetik di kisaran Rp 90.000-an/liter.

Kalau kini banyak produsen lubrikan berbondong-bondong menjual oli sintetik, tidak demikian dengan sebelum Tahun 2000-an. Karena di jaman dulu menggunakan oli mineral Group 1 saja sudah cukup untuk kebutuhan mesin kendaraan di saat itu. Belum lagi konsumen di saat itu belum mengenal Oli Sintetik sama sekali, bahkan masyarakat diberikan informasi yg salah kalau oli sintetik itu oli buatan (bukan dari bahan dasar minyak mentah) sehingga cepat menguap, menimbulkan berkerak dan merusak mesin kendaraan. 

Saya jadi teringat pada Oli Top1. Oli Top1 dari Amerika masuk ke Indonesia Tahun 1978, dan menjadi pelopor penjualan Oli Sintetik di Indonesia sekitar Tahun 1990-an. Namun karena Base Oil Group 3 harga nya lebih mahal, Top1 kemudian meluncurkan produk Semi Sintetik yang harganya lebih terjangkau konsumen, yaitu campuran antara Base Oil Group 2 dengan Base Oil Group 3. 

Top1 bisa mempelopori penjualan Oli Sintetik dan Oli Semi Sintetik karena memiliki keunggulan tehnologi yang dibawa dari Amerika. Jangan lupa, Oli Top1 di proses di fasilitas blending milik sendiri di Amerika, kemudian di impor masuk ke Indonesia dan dipasarkan di Indonesia melalui PT Topindo Atlas Asia. Klaim : Made in USA yang ada di kaleng Top1 saat itu bukan klaim asal nyebut, istilah jaman kita sekarang, klaim : Made in USA nya Top1 bukan kaleng-kaleng.

Penulis saat masih bekerja bersama jajaran Executive Committee Top1 Indonesia
Penulis saat masih bekerja bersama jajaran Executive Committee Top1 Indonesia
Berkat kepeloporannya memasarkan Oli Sintetik, dan promosi yang cerdas, penjualan Top1 di Indonesia meroket sejak Tahun 1990-an hingga Tahun 2000-an. Bagi kita yang sekarang berusia sekitar 50 tahun pasti inget dengan iklan yang sering muncul di televisi waktu itu dengan menampilkan artis artis di Indonesia memegang kaleng Oli Top1 sambil berujar : Oli anda, Top1 juga kan?.  

Imbas penjualannya? Jangan ditanya. Saya mendapat informasi dari founder Top1 Indonesia bahwa di masa tersebut, container oli Top1 yang masih dalam perjalanan dari Amerika menuju Indonesia, belum tiba di Tg Priuk, sudah laku dibeli distributornya. Jualan Oli Top1 masa itu bak jualan kacang goreng.

Namun kesuksesan dan kejayaan Oli Top1 di masa tersebut juga membuat banyak pihak kebakaran jenggot. Hingga sekitar Tahun 2007, Top1 mendapat banyak Black Campaign yang diduga dilakukan oleh perusahaan pesaing. 

Black Campaign yang menyerang Oli Top1 saat itu antara lain : Oli Sintetik bukan berasal dari minyak bumi, tapi minyak buatan. Karena buatan, maka sifatnya cepat menguap. 

Oli Top1 selain cepat menguap, juga menimbulkan kerak di dalam mesin mobil. Sayangnya saat itu manajemen Top1 Indonesia tidak berupaya maksimal menangkis black campaign yang menyerang mereka. Pemilik dan Manajemen Top1 saat itu percaya bahwa black campaign cukup dibalas dengan kebajikan, tidak perlu dibalas dengan black campaign lain, juga tidak perlu ditangkal. Namun black campaign tersebut ternyata mempengaruhi konsumen.

Masih teringat baik dalam benak saya; Bulan November 2012, sebulan sebelum saya bekerja di Top1 Indonesia, saya melakukan survey ke bengkel bengkel mobil dan motor yang tersebar dari Jakarat Timur, Cibubur hingga Bogor. Saya ingin mengetahu bagaimana pandangan mekanik dan pemilik bengkel terhadap Oli Top1, dengan demikian saat saya bergabung kelak saya sudah tahu apa yang harus dilakukan dari awal. 

Saat saya tanya pandangan mereka mengenai Oli Top1, mereka langsung menjawab : Oli Top1 gak bagus karena sering menguap dan menimbulkan kerak di mobil. Namun saat saya tanyakan lebih lanjut apakah konsumen mereka mengalami langsung dan mereka melihat secara langsung oli Top1 menguap, atau memedah mesin dan menemukan kerak di mesin mobil yang menggunakan Oli Top1, semua menjawab serentak : Oh tidak, kami hanya katanya orang saja. Betapa dahsyatnya Black Campaign yang menyerang Oli Top1, sampai "katanya" orang lain saja sudah langsung dijadikan referensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun