Mohon tunggu...
Freddy
Freddy Mohon Tunggu... Konsultan - Sales - Marketing - Operation

To complete tasks and working target perfectly. Leave path in a trail.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mendongeng, Cara Efektif nan Murah Tingkatkan Kecerdasan Anak

7 Mei 2020   23:27 Diperbarui: 29 Juli 2021   18:33 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mendongeng (Gambar oleh Tumisu dari pixabay.com)

Dalam kesempatan sharing melalui zoom tersebut, Arleen membagi suatu penelitian yang menjelaskan terjadi gap tingkat perbendaharaan kata yang dimiliki oleh anak usia 16 bulan hingga 36 bulan antara anak-anak dengan orangtua yang memiliki tingkat pendidikan yang baik, dengan anak-anak yang orangtua kelas pekerja (buruh) serta orangtua yang hidup dalam tingkat kesejahteraan yang rendah. Di mana anak-anak dengan orangtua berpendidikan tinggi memiliki perbendaharaan kata yang lebih banyak. (Lihat tabel di bawah ini)

Tabel yang menggabarkan pendidikan tinggi mempengaruhi pemberdaharaan kata (Dokumentasi Pribadi)
Tabel yang menggabarkan pendidikan tinggi mempengaruhi pemberdaharaan kata (Dokumentasi Pribadi)
Orangtua jangan lantas khawatir kalau ada di kelas pekerja atau yang tingkat kesejahteraannya kurang. Tidak perlu lantas berputus asa terhadap masa depan anak kalau bukan termasuk kategori orangtua yang berpendidikan baik. Mengapa? 

Karena orangtua di kelas pekerja dan pra sejahtera juga bisa memberikan anak-anaknya kesempatan untuk tumbuh dan hidup lebih baik. Caranya? Ya itu, mendongeng untuk anak-anak di saat mereka masih usia balita, kemudian dorong anak-anak untuk rajin membaca dengan membelikan buku-buku bacaan anak anak. 

Maaf saya ralat, buku-buku bacaan tidak harus selalu dibeli, orangtua bisa pinjam meminjamnya di perpustakaan. Sebagai orangtua kelas pekerja atau pra sejahtera, mungkin di masa lalu kurang beruntung untuk mendapatkan jenjang pendidikan yang baik. Namun bukan berarti anak-anaknya juga dibiarkan mengalami apa yang telah dialami orangtua dulu kan.

Dalam beberapa tahun terakhir saya mendapati beberapa artikel berita yang menginformasikan anak yang berhasil mendapat gelar sarjana, yang profesi orangtuanya tukang becak atau pedagang keliling. Ini sudah cukup membuktikan bahwa oran tua dengan pendidikan rendah tidak selalu lantas berwawasan sempit. 

Arleen selanjutnya menunjukkan profil orang -orang sukses yang ternyata semuanya memiliki hobi yang sama, yaitu: Membaca. Orang-orang tersebut adalah:

1. Warren Buffet - meluangkan waktu 5-6 jam sehari untuk membaca
2. Bill Gates - membaca 50 buku setiap tahun. Atau 4- 5 buku setiap bulan = 1 buku setiap minggu.
3. Mark Zuckerberg - membaca 1 buku setiap 2 minggu
4. Oprah WInfrey - dikenal sebagai kutu buku, dan mendirikan Oprah's Book Club sejak Tahun 1996
5. Mark Cuban - meluangkan waktu membaca selama 3 jam sehari
6. David Rubenstein - membaca 6 buku per minggu = 1 buku sehari
7. Phil Knight (Nike) - dikenal sebagai kutu buku, dan memiliki perpustakaan pribadi di kantornya
8. Elon Musk - meluangkan waktu membaca 10 jam sehari

Kalau sebagian dari kita masih tidak mempecayai data di atas dan berpikiran bahwa orang-orang sukses di atas sukses karena semata keberuntungan, bukan faktor kebiasaan membaca. 

Arleen menunjukkan data tingkat pendapatan per kapita di negara negara maju dan berkembang, dibandingkan dengan jumlah buku terbit per 1 juta penduduk sebagai berikut:

Pendapatan per kapita terkait jumlah bacaan buku yang dibaca di berbagai negara (Dokumentasi Pribadi)
Pendapatan per kapita terkait jumlah bacaan buku yang dibaca di berbagai negara (Dokumentasi Pribadi)
Dari tabel tersebut kita melihat bahwa semakian banyak buku yang diterbitkan, semakin besar pula tingkat pendapatan per kapita penduduk di negara tersebut. 

Di negara-negara maju, jumlah buku yang diterbitkan lebih banyak daripada negera-negara berkembang. Mengapa? Karena budaya membaca belum kuat terbentuk di negara-negara berkembang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun