Dalam konteks ini, tidak ada 1 rumus kepemimpinan yang baik untuk semua kondisi. Masing-masing kondisi, masing-masing budaya, membutuhkan gaya kepemimpinan yang berbeda.
Sebagai pemimpin, kita harus bijak menentukan gaya kepemimpinan yang harus kita terapkan sesuai kondisi dan lingkungan yang ada.Â
Pemimpin harus tahu kapan bersikap sabar dan kapan harus bersikap tegas. Jadi, seorang pemimpin yang harus mampu mengubah gaya kepemimpinannya dalam setiap kondisi dan situasi, bukan seluruh anak buah yang diharapkan mengubah karakter mereka mengikuti gaya kepemimpinan atasannya. Lebih mudah mengubah 1 orang daripada mengubah 1000 orang.
Dalam kondisi di mana mayoritas karyawan telah mampu bekerja dengan baik dan disiplin, mengedepankan profesionalisme, gaya kepemimpinan yang temperamen tidak diperlukan dan tidak cocok disini.
Gaya temperamen mudah marah hanya akan menganggu ritme bekerja yang telah baik dengan menimbulkan suasana kerja yang tidak nyaman.
Sebaliknya, dalam kondisi di mana mayoritas karyawan telah terbiasa bekerja sesuka hati masing-masing, tidak disiplin, hanya mengutamakan keuntungan pribadi bukan kepentingan bersama, gaya kepemimpinan yang persuasif, sangat penyabar tidak tepat diterapkan di sini.
Kesabaran milik pemimpin justru semakin disalahgunakan oleh anak buah. "Ah paling ditegur ringan", sambil besok mengulangi kesalahan yang sama dengan harapan besok kesalahannya tidak diketahui, atau kalaupun diketahui hanya ditegur ringan.
Seorang pemimpin terlalu baik, penyabar dalam kondisi dan lingkungan yang membutuhkan ketegasan hanya menjadi cerminan dari kepemimpinan yang gagal.
Butuh kecerdasan seorang pemimpin untuk memilah apa gaya kemimpinan yang akan diterapkan agar organisasi yang dipimpinnya dapat bergerak ke arah yang lebih baik, sesuai dengan visi dan misi yang di-embannya. Ingat, setiap kondisi dan lingkungan membutuhkan sentuhan yang berbeda.Â
Apapun gaya kepemimpinan yang dibawa, ada acuan yang menentukan apakah gaya tersebut sudah tepat atau belum di suatu organisasi.
Acuannya adalah, apabila gaya kepemimpinan tersebut mampu mengubah orang-orang di dalam organisasi tersebut menjadi lebih baik kinerjanya. Tidak peduli apakah caranya harus persuasif atau pemarah.