Jadi, Gubernur gaya persuasif di-bully, Gubernur gaya pemarah juga di-bully.
Dalam kasus lain, gaya kepemimpinan seorang guru saat mendidik anak-anak TK juga jauh berbeda dengan gaya kepemimpinan seorang komandan saat mendidik calon tentara, dan tidak bisa disamakan.
Untuk mendidik anak-anak TK, dibutuhkan kesabaran yang luar biasa. Kesalahan yang diperbuat anak-anak TK bisa terus menerus ditoleransi oleh sang guru, dan sang guru tetap harus bisa membimbing dengan penuh kasih anak anak didiknya.Â
Cinta kasih adalah unsur utama dalam pembelajaran pertama anak-anak TK agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dan optimis di kemudian hari.
Apa jadinya kalau semenjak TK diberlakukan sistem yang tidak ada kompromi kesalahan, anak-anak selalu dihardik dan dimarahi dengan nada tinggi serta diberikan hukuman fisik? Yang terjadi adalah mereka tumbuh dalam ketakutan dan pesimis.
Sebaliknya dalam melatih calon tentara, tidak ada namanya toleransi kesalahan dan "selalu dimaklumi", tidak ada yang ada namanya teguran persuasif.
Calon tentara di-didik dengan keras agar mereka meninggalkan karakter lama yang peragu, penakut, egois, lemah menjadi indvidu baru yang lebih disiplin, mengutamakan bangsa dan negara daripada individu, berani dan kuat.
Apa jadinya kalau calon tentara dilatih dengan cara persuasif dan "penuh toleransi"?
Atau saat masuk materi pelatihan bertahan dalam hutan, komandan merasa kasihan lalu membatalkan pelatihan tersebut. Bisakah mereka menjadi tentara yang profesional? Saya sangat ragu.
Jadi pemimpin yang baik itu yang bagaimana? Yang luar biasa sabar, persuasif atau yang pemarah dan disiplin tinggi ?
Tidak ada anak kunci sakti untuk membuka semua jenis gembok. Mungkin benar ada 1 kunci untuk membuka beberapa gembok, tapi untuk jenis dan bentuk gembok yang sama. Anak kunci untuk gembok yang kecil tidak bisa digunakan untuk membuka gembok yang bentuknya lebih besar walaupun walaupun anak kunci besar itu memiliki model ulir sama persis antara yang kecil dan yang besar.Â