Lebih parah lagi kalau manajemen level menengah dibawah direksi diisi dengan orang-orang tipe Asal Bapak Senang. Sudah tahu keputusan yg dibuat direksinya salah atau tidak tepat, tapi karena ingin tetap mendapat tempat di hati direksi, keputusan tersebut di-amin-in sebagai keputusan yg benar. Nanti ternyata keputusan tersebut memang kontraproduktif, tinggal mengkambinghitamkan jajaran di lapangan demi menyenangkan hati direksi.
Rekan saya yg dari awal ngotot tidak setuju seorang pemimpin turun ke lapangan kembali mengeluarkan bantahan : kalau begitu, perkuat HRD perusahaan. Cari tim wiraniaga yg benar, cari manager yg benar, cari NSM yg benar, sehingga informasi dari pasar bisa mengalir ke atas tanpa terjadi bias.
Tetap menurut saya, seorang pemimpin harus turun ke pasar. Kalau hari ini Gubernur berkunjung ke tempat usaha atau komplek rumah kita, melakukan dialog, mendengar masukan dan keluhan kita dan menunjukkan simpati serta berjanji menindaklanjutinya segera, apakah kunjungan tersebut hanya akan menjadi kunjungan biasa tanpa kesan? Tidak, kan. Itu baru Gubernur. Bagaimana kalau seorang Presiden yg berkunjung?
Dalam lingkup perusahaan, seorang manager berkunjung ke pasar, sdh hal biasa. Seorang NSM turun ke pasar, juga sudah hal biasa. GM turun ke pasar, juga sdh mulai banyak yg lakukan. Namun berapa banyak pemimpin seperti Direksi, COO, CMO, CEO yg mau turun ke pasar? Kunjungan pemimpin kakap ke pasar, berdialog mendengar masukan dan keluhan retailer, agen serta distributornya akan membawa kesan yg mendalam. Ini adalah kenangan yang tidak bisa dinilai dengan uang atau hadiah dan sangat berarti bagi pelaku pasar : penjual dan agen. Ini adalah batere atau energi bagi penjual.
Namun tentu saja tujuan kunjungan ini haruslah untuk menggali informasi dan membina hubungan yg lebih erat, bukan acara "wisata" ke pasar yang kemudian berakhir kuliner; dan selanjutnya kembali ke kantor, tidak ditindaklanjuti.
Kali ini rekan saya terdiam tidak bisa membantah lagi.
Seorang pemimpin perusahaan sekelas Direksi, COO, CMO, bahkan CEO, selaku pihak yang membuat kebijakan strategis, harus meluangkan waktunya untuk BLUSUKAN turun ke pasar. Tidak perlu setiap minggu, cukup luangkan waktu 1-2 hari dalam sebulan. BLUSUKAN bukan hanya berhenti di kantor distributor di daerah, bukan juga hanya kpd agen besar, namun juga ke penjual kecil seperti warung. BLUSUKAN ini selain bisa memberikan informasi terkini, juga akan membawa manfaat meningkatnya hubungan baik perusahaan dengan penjualnya. Ingat, persaingan bisnis semakin ketat. Perusahaan A mengeluarkan program hadiah mobil, Perusahaan B juga bisa. Namun hubungan baik tidak bisa diduplikasikan begitu saja, karena ini masalah pendekatan masing-masing personil yg pasti tidak akan sama antara Bp X dgn Bp Y.Â
Jadilah pemimpin yang dekat dengan konsumen, dekat dengan rantai penjual hingga ke tingkat bawah karena . BLUSUKAN ini adalah salah satu bentuk pendekatan kpd pelaku pasar yg paling mujarab.
Eiittss, ternyata rekan saya masih komplain juga. "Mengapa harus pakai foto Pangeran Charles dalam artikel ini? Mengapa tidak pakai foto Kepala Daerah atau Kepala Negara sendiri saja? Â "Duh.., ini tahun politik belum selesai.., pakai foto Kepala Negara atau salah satu Kepala Daerah, nanti yang kontra tidak mau baca tulisan ini. Tulisan ini kan netral dari urusan politik... Ngerti ora son...?"
Salam Blusukan,
Freddy Kwan