That's when we do best. When we are the underdog and people doubt us. We can just rise above that.
Angela Morales
Underdog memiliki arti : tidak diunggulkan atau diremehkan. Dipandang sebelah mata, dianggap sebagai pihak yang tidak mungkin mengalami kemenangan. Kondisi yang semua orang tidak inginkan, karena ego kita cenderung ingin selalu dianggap berhasil & selalu ingin dipandang sukses.
Berapa banyak diantara kita yang pernah mengalami kondisi dimana diri atau perusahaan tempat kita bekerja mendapat perlakuan diremehkan seperti itu? Kemudian bagaimana sebagian besar dari kita bersikap setelah mendapat perlakuan dicemooh atau diremehkan? Emosi pasti. Bedanya ada yang menyembunyikan emosinya, ada yang menjadi patah semangat, ada juga yang secara terang terangan menunjukkan kemarahannya dan menghardik orang yang telah meremehkan kita.
Lalu bagaimana baiknya kita bersikap?
Faktanya bahwa kita diremehkan karena memang kondisi kita atau perusahaan kita bekerja, berada dibawah mereka yang meremehkan. Ini adalah fakta yang tidak bisa kita pungkiri. Kalau kondisi kita atau perusahaan kita lebih besar dan lebih kuat, tidak mungkin yang kecil berani meremehkan kita. Jadi kita juga tidak perlu langsung bersikap "mentang-mentang" seperti kita lebih besar, dan menghamburkan sumber daya yang terbatas, yang notabene dibawah mereka yang meremehkan. Kata nenek saya, "Jangan membangunkan macan yang sedang tidur, biarkan saja mereka bersikap arogan dan meremehkan, yang penting kita tidak demikian".
Jadi berarti kita harus menerima kalau kita diremehkan?
Terima saja kenyataan bahwa mereka yg meremehkan seringkali memang lebih besar dan kuat dari kita. Tapi, saya tidak meminta kita untuk menyerah. Menerima kondisi tidak sama dengan menyerah, melainkan kita harus berjuang untuk memenangkannya. Kita tidak perlu langsung berkecil hati kalau diremehkan, jangan pula lantas berguling-guling di lantai sambil merengek.
Kalau saya sendiri lebih cenderung suka berada dalam posisi diremehkan. Bukan karena saya sangat sabar atau pendendam. Melainkan diremehkan juga mengandung fakta lain bahwa kita atau perusahaan kita tidak dipandang sebagai ancaman. Dengan demikian tingkat kewaspadaan mereka juga menurun terhadap gerak gerik kita. Ini lah yang kita butuhkan untuk bermanuver lebih bebas. Bukankah manuver di saat lawan lengah merupakan senjata paling ampuh dan bisa mematikan lawan?Â
Saya pernah mengalaminya dan telah membuktikan bahwa menjadi underdog itu tidak sepenuhnya berarti dunia kita serta merta menjadi runtuh. Bahkan saya menikmati kenangan indah dari kondisi yang awalnya menjadi pihak underdog yang lalu berbuah kemenangan. Rasanya berbeda dengan di saat kita memang sudah diyakini semua orang menang, dan ternyata kita memang menang. Tidak ada unsur kejutannya dalam hidup kan...