Mohon tunggu...
Fredick Ginting
Fredick Ginting Mohon Tunggu... Freelance -

Belajar ilmu politik dari Harold Laswell sampai Samuel Huntington, belajar demokrasi dari Thomas Jefferson sampai Ernesto Laclau. Menonton karya David Fincher sampai Martin Scorsese, mengagumi Charlize Theron sampai Jennifer Lawrence.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pulang yang Tidak Diinginkan

16 Maret 2017   13:42 Diperbarui: 16 Maret 2017   13:48 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua gadis yang terbunuh memiliki riwayat yang keji. Ann pernah membunuh burung peliharaan tetangga sementara Natalie pernah menusuk mata teman sekelasnya. Keduanya menggunakan gunting. Keduanya juga punya sifat nakal: gemar menggigit.

Selama penyeledikan, ia mulai memahami keanehan karakter adiknya Amma. Meski masih berusia 13 tahun, Amma bersama dengan gadis-gadis seusianya sudah melakukan hal-hal yang menyimpang dari usianya: seks, obat-obatan, hingga yang aneh, sifat sadisme yang dimilikinya. Amma sangat menikmati proses penjagalan babi.

Camille berhasil mengungkap rahasia ibunya. Adora yang mengidap hipokondria juga punya kelainan menderita sindrom Munchausen by Proxy (MBP). Kelainan itu menyebabkan Adora terobsesi untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa ia adalah orang yang baik dan perhatian. Caranya, Adora kerap memberi Amma berbagai pil atau obat yang menyebabkan Amma sakit. Karena sakit, Amma akan mendapat perhatian dari Adora. Camille pun akhirnya mengetahui bagaimana yang dialami Marian.

Keengganan Camille untuk pulang adalah akibat perlakuan Adora yang buruk bagi putrinya itu, baik Marian maupun Amma. Ia merasa, dirinya, Marian maupun Amma kacau karena kondisi rumah yang diciptakan Adora. Adora sendiri pun ternyata tumbuh menjadi ibu yang buruk akibat perlakuan buruk ibunya Joya, nenek Camille.Rumah mereka di Wind Gap lebih banyak menciptakan ketakutan dibanding kenyamanan.

Gillian Flynn menciptakan rasa suram (dark) dan dingin (chill) ketika membaca novel ini. Konflik batin/psikologis para tokoh terasa absurd tetapi tetap bisa dinikmati karena unsur misteri tentang siapa pelaku di belakangnya cukup menciptakan penasaran. Dan bukan Flynn bila tak ada kejutan di akhir cerita. Misteri yang baik adalah misteri yang membangun prasangka pembaca pada satu titik sejak awal cerita, kemudian menjungkirbalikkannya  di akhir cerita.

Ada kemiripan novel pertama Flynn ini dengan dua novel berikutnya: Gone Girl dengan perempuan misteriusnya dan Dark Places dengan masa lalu dan rumahnya yang suram. Berbeda dengan karya pengarang lain yang umumnya menempatkan perempuan cenderung sebagai korban, dalam novel ini Flynn menempatkan tokoh perempuan dengan kelainan mental dan psikologi, dan bertindak sebagai korban sekaligus pelaku.

Secara keseluruhan, Sharp Objects adalah cerita tentang perempuan yang jahat: ibu jahat, anak perempuan jahat, dan saudari tiri yang jahat. Karena itulah, Camille tak pernah ingin pulang ke rumah.

Judul Novel: Sharp Objects (Segala yang Tajam) | Penulis:Gillian Flynn| Tahun Terbit: 2007 | Penerbit: Gramedia Pustaka Utama | Penerjemah: Ariyantri Eddy Tarman | Tebal: 331

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun