Mohon tunggu...
Frayti Basyarewan
Frayti Basyarewan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang gemar menulis dan bereksplorasi

Selanjutnya

Tutup

Trip

Pesona Dieng, Negeri di Atas Awan

7 April 2024   19:44 Diperbarui: 7 April 2024   21:06 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Dokumen pribadi)

Menurutku, akses jalannya sangat menakutkan, perjalanan naik mobil menuju ke sana terus menanjak dan melewati jurang dengan banyak pepohonan pada sisi jalan, akan tetapi ketika sudah di atas kami disuguhkan dengan hamparan hijaunya sawah pertanian yang nampak indah dan segar baik di sisi kanan maupun kiri. 

Kakakku yang sudah berpengalaman dan sering ke Dieng mengatakan bahwa kondisi mobil yang kurang bagus akan menjadi kendala, untunglah saat itu mobil yang kami naiki dalam kondisi baik. 

(Sumber: Dokumen pribadi)
(Sumber: Dokumen pribadi)

Batu Pandang Ratapan Angin, menjadi tempat pertama yang aku kunjungi. Batu Pandang Ratapan Angin berhasil membuatku berpikir, "Jika yang pertama saja sudah indah, apalagi yang lainnya?". 

Seperti cocoknya kombinasi warna putih dan warna cream, Batu Pandang Ratapan Angin seolah-olah memberitahu diriku jika alam juga bisa mengkombinasikan warna seindah bagaimana model pakaian mahal mengkombinasikan warna pakaian mereka. Hamparan pohon-pohon dengan warna hijau pekatnya membentuk angka delapan menyambut mata pengunjung seperti pelayan kerajaan. 

Di dalamnya, terdapat Telaga Warna dengan warna jernih dan kilauan warna biru mudanya yang mampu memberikan definisi keindahan kepada pengunjung-pengunjungnya. Kombinasi kedua warna itu menjadi "roti dan mentega" untuk kedua bola mataku. 

(Sumber: Dokumen pribadi)
(Sumber: Dokumen pribadi)

Setelah siangnya ditemani oleh Batu Ratapan Angin, maka esoknya pagiku ditemani visual yang diberikan Bukit Sikunir. Jam 3 pagi, ketika bulan bersiap-siap untuk memalingkan mukanya dari Bumi tetapi aku dan pengunjung lainnya menyiapkan diri untuk menaiki Bukit Sikunir. 

Sejam setelahnya, berlian-berlian di angkasa menghujani pemandangan bukit. Langit yang cerah membantu bintang-bintang di langit untuk bersinar seperti lampu mobil di gelapnya hari. 

Tidak hanya dijamu dengan berlian, datangnya matahari dengan warna jingganya turut menjamu pengunjung di sana. Saking terpukaunya, ucapan syukur atas pemandangan tersebut langsung terucap. 

Ketujuh bukit lainnya juga turut tampil di panggung seperti karakter sampingan yang tidak kalah indahnya. Bentuk bukit-bukit yang sangat cantik seperti hasil ukiran pemahat Era Renaissance.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun