Mohon tunggu...
efrian kaka
efrian kaka Mohon Tunggu... Guru - Lulusan Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Pineleng

terlahir dari keluarga sederhana yang mempunyai cita-cita yang mulia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bukti Keberadaan Tuhan Menurut Thomas Aquinas

10 Februari 2020   20:21 Diperbarui: 16 Juni 2021   08:44 8944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukti Keberadaan Tuhan Menurut Thomas Aquinas. | Catholic Register

Tesis 

Tuhan ada dalam segala lini kehidupan manusia maka dari itu manusia selalu mengarahkan diri dan terus mengupayakan untuk mencari keberadaan-Nya dalam relaitas manusia itu sendiri.

Problematik

* Menurut Thomas Aquinas apa maksudnya Tuhan ada dalam segala lini kehidupan manusia?

* Mengapa manusia selalu mengarahkan diri kepada Tuhan?

* Bagaimana Thomas Aquinas dapat menjelaskan bahwa Tuhan hadir dalam realitas kehidupan manusia?

Absraksi

Manusia merupakan ciptaan yang paling mulia dari ciptaan-ciptaan lainnya. di mana karena akal budi dan kehendak bebas yang membuat kodrat manusia melebihi ciptaan lainnya. karena kehendak bebas manusia selalu berada dalam pilihan. Akal budi membantu manusia untuk terus bertanya hingga pada akhirnya bagaimana ia bertanya siapa penciptanya dan bagaimana untuk mengetahui keberadaan penciptaanya tersebut.

Kata kunci : Manusia, Tuhan, akal budi.

Thomas Aquinas merupakan seorang filsuf dan teolog. Ia sangat terkenal pada zamannya dan sampai pada saat ini, hasil pemikiranpun masih dipakai. Sebagai seorang filsuf ia berpendapat bahwa manusia dapat memperoleh kebenaran bukan saja dari wahyu Ilahi melainkan juga melalui akal budi. 

Baca juga: Menyigi Hakekat Badan dan Jiwa: Dalam Sorotan Aristoteles dan Thomas Aquinas

Dengan akal budi manusia dapat mengetahui keberadaan Tuhan melalui realitas kehidupan sehari-hari. Akan tetapi sebelum menjelaskan pendapatnya itu, terlebih dahulu kita harus melihat bagaimana Thomas Aquinas menjelaskan bahwa Tuhan sungguh-sungguh hadir dalam segala lini kehidupan manusia.

Manusia merupakan salah satu ciptaan yang mempunyai esensi lebih tinggi dari ciptaan lainnya. Kita juga mengetahui bahwa Allah memberikan esse-Nya kepada manusia sehingga manusia dapat bereksistensi dengan esensinya sebagai makhluk yang berakal budi dan kehendak bebas. Karena kehendak bebas dan akal budi yang manusia diberikan pilihan sehingga manusia itu dapat memutuskan apa yang harus dipilihnya. 

Walaupun demikian Tuhan tidak pernah membiarkan manusia. Eksistensi dari manusia merupakan partisipasi terbatas dari Esse. Karena dengan partisipasi ini, manusia memiliki sifat-sifat yang menginterpretasikan keberadaan Tuhan itu sendiri. Karena partisipasi ini juga kita mengetahui bahwa Tuhan menciptakan segala yang ada sekarang ini dari ketiadaan (ex nihilo) . 

Pemahaman ini mau menjelaskan bahwa dunia ini diciptakan tidak membutuhkan sesuatu yang lain. Dari penjelasan ini mau menegaskan juga bahwa penciptaan bukanlah suatu perbuatan Tuhan hanya pada saat tertentu saja dan setelah itu dunia dibiarkan pada nasibnya sendiri akan tentapi penciptaan adalah perbuatan Allah yang berlangsung secara terus menerus. 

Dengan demikian karena manusia merupakan bagian dari ciptaan yang berpartisipasi dalam Esse dengan esensi yang lebih dari ciptaan lainnya tetap saja Tuhan hadir dan tidak membiarkan manusia menentukan dirinya sendiri asalkan manusia dengan sadar mengakui bahwa hidupnya selalu mengarahkan diri pada Tuhan.

Seperti sudah dijelaskan bahwa manusia merupakan salah satu ciptaan yang mengambil bagian dalam keberadaan Tuhan dan mememiliki esensi lebih tinggi dari ciptaan lain yang ada di dunia ini karena Allah meletakan pada manusia akal budi dan kehendak bebas. 

Dari keterangan ini sangatlah logis jika dikatakan bahwa Allah dan manusia memiliki relasi di mana Allah sebagai pencipta dan manusia sebagai hasil ciptaanya. Dari hubungan ini kita dapat melihat bahwa manusia memiliki ketergantungan pada Tuhan sebab menurut Thomas Aquinas Tuhan sama sekali berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya. 

Tuhan adalah pencipta sedangkan ciptaan adalah buah karya-Nya; Tuhan adalah penyebab sedangkan manusia adalah efek-efekNya. Tuhan bereksistensi secara independen dan hakikatnya tidak terbatas sedangkan ciptaan tergantung padaNya dan terbatas hakikatnya.

Dari sini kita dapat mengetahui bahwa maksud dari Thomas Aquinas bahwa dengan adan relasi ini yakni relasi ketergantungan scara kodrati di mana menuru kodratnya, setiap ciptaan memang bergantung pada Tuhan. ketergntungan ini disebabkan oleh fakta perbedaan struktur esensi-eksistensial pada Tuhan dan pada alam ciptaan. 

https://www.flickr.com/photos/drriss/
https://www.flickr.com/photos/drriss/
Ketergantungan itu pula menyatakan bahwa setiap ciptaan secara kodrati terarah pada kesempurnaan Tuhan. dengan adanya suatu relasi ketergantungan manusia sebagai ciptaan ini dapat dikatakan bahwa hidup manusia selalu terarah kepada Tuhan untuk memperoleh kesempurnaan.

Karena merupkan seorang tokoh yang terkenal, Thomas Aquinas berusaha menjawab suatu problem yang dialami oleh manusia yakni apakah manuisa dapat mengetahui keberedaan Tuhan yang dapat dimengerti secara rasio? 

Baca juga: Benang Merah Ideologi Kanan Antara Aristoteles, Thomas Aquinas, dan Marthin Luther

Karena problem inilah Thomas Aquinas berpendapat bahwa kebenaran tidak hanya diperoleh hanya melalui wahyu ilahi saja tapi juga oleh kemampuan akal budi manusia dengan demikian akal budi mampu menjelaskan keberadaan Tuhan dengan melihat realitas yang terjadi yang mana Thomas Aquinas menjelaskannya dalam istilah lima argumen, atau lima jalan (quinque viae) pembuktian adanya Tuhan melalui akal :

1. Argumen pertama didasarkan pada adanya gerak (motus) di alam fisik. Aquinas mengatakan bahwa semua gerak dan perubahan di dunia ini tidak terjadi dengan sendirinya. Pasti ada yang menggerakkan. Siapakah yang menggerakkan itu? Di sini, ada rangkaian gerak-menggerakkan. 

Sesuatu yang bergerak karena digerakan oleh yang lain. Yang lain yang menjadi penggerak juga digerakkan oleh yang lain, dan seterusnya. Akan tetapi gerak-menggerakkan ini tidak dapat berjalan tanpa batas sampai tak berhingga. Maka, harus diterima adanya penggerak pertama yang tidak digerakkan oleh penggerak yang lain. Penggerak pertama ini, oleh Aquinas disebut Tuhan. Jadi, Tuhan Ada.

2. Agumen kedua berangkat dari sebab akibat (ex ratione causa effeciens). Di dalam dunia ini, kita dapat menyaksikan bahwa setiap akibat mempunyai sebab. Tidak ada sesuatu yang menjadi sebab bagi dirinya sendiri. Andaikan hal itu ada, yang menjadi sebab bagi dirinya sendiri tentu harus mendahului dirinya. Ini adalah mustahil. Oleh karena dalam kenyataan terdapat rangkaian sebab akibat yang tidak mungkin tak berhingga, maka harus ada penyebab pertama yang tidak lagi disebabkan oleh sebab yang lain. Penyebab pertama ini adalah Tuhan. Jadi, Tuhan Ada.

3. Argumen ketiga berasal dari adannya kemungkinan dan keniscayaan. Maksudnya dalam kenyataan dunia ini, kita menemukan hal-hal yang bisa ada dan bisa tidak ada. Atau, bisa ada, berkembang, lantas hancur menjadi tidak ada. Dengan demikian, secara logis sebagaimana yang kita ketahui, apa yang tidak ada hanya dapat berada jika diadakan oleh sesuatu yang telah ada sebelumnya. 

Yang telah ada sebelumnya ini tentunya tidak akan mengalami perubahan atau diadakan oleh yang lain dan menjadi musnah. Jika diadakan oleh yang lain, tentu tidak mungkin karena bakal ada sebab-sebab yang tak terberhingga. Oleh karena itu, harus diterima sesuatu yang niscaya dan perlu yang tidak disebabkan oleh yang lain lagi. Itulah Tuhan, jadi Tuhan Ada.

4. Argumen keempat memperhatikan tingkatan derajat segala sesuatu di alam ini. Sebagaimana bisa kita saksikan segalahal di dunia ini memiliki tingkatan derajat yang tidak sama, ada "yang lebih" dan ada "yang kurang". Misalnya, dalam hal kebaikan, keindahan, dan kesempurnaan. Ada yang baik dan ada yang lebih baik, ada yang indah dan ada yang lebih indah, serta ada yang sempurna dan ada lebih sempurna. Tingkatan derajat ini hanya mungkin dikatakan karena ada tingkatan derajat yang lebih tinggi. 

Karena, tingkatan derajat yang lebih tinggi menjadi sebab tingkatan derajat di bawahnya. Sesuatu menjadi lebih sempurna karena ada tingkatan derajat sempurna di bawahnya. Tetapi "yang kurang" ataupun "yang lebih" menjadi mungkin karena da yang "super" atau "paling", yaitu paling baik, paling indah dan paling sempura. Ukuran superlatif atau yang melebihi segala-galanya tidak lain selain Tuhan. Jadi Tuhan Ada.

Baca juga: Pembuktian Eksistensi Tuhan Menurut St. Thomas Aquinas

5. Argumen ke lima berdasarkan keteraturan alam. Segala ciptaaan yang tidak berakal akan bergerak atau bertindak menuju tujuan akhirnya yang terbaik, seperti matahari, bulan, dan bintang yang bergerak mencapai tujuannya yang terbaik. segala ciptaan yang tidak berakal itu tidak mengetahui proses tujuan tersebut. Karena tidak berakal, mestinya ia tidak mampu mencapai tujuan akhir terbaiknya. 

Tetapi, mengapa tujuan akhir bisa tercapai? Karna itulah, tidak mungkin hal tersebut terjadi secara kebetulan. Dengan kata lain, pasti ada yang mengaturnya atau menyelenggarakannya. Dan, yang mengatur serta mengarahkan itu pasti ada, berakal, dan mengetahui. Itulah pengatur dan penyelenggara tertinggi yang disebut Tuhan. Jadi, Tuhan Ada.

Kesimpulan

Thomas Aquinas merupakan seorang yang dikenal sebagai teolog dan filsuf. Hasil pemikirannya yang sampai pada saat masih terus dibcarakan membuat penulis secara pribadi terekesan oleh pemikirannya di mana kita sebagai manusia dapat memperoleh kebenaran tidak hanya melalui wahyu yang kita terima akan tetapi manusia dapat memperoleh kebenaran melalui akal budi. 

Akal budi membantu kita untuk terus menerus bertanya hingga kepada sesuatu yang tidak dapat dilihat yakni keberadaan Tuhan sendiri. Ketika manusia sudah menyadari bahwa Tuhan sungguh-sungguh ada, penulis yakni bahwa manuisa pasti menyadari bahwa eksistensinya di dunia ini merupakan bentuk partisipasinya yang terbatas terhadap eksistensi Tuhan. Dengan keterbatasan inilah membuat manusia mengalami suatu kecemasan sehingga selalu berharap dan selalu bergantung kepada Tuhan karena keduanya memiliki relasi secara logis atau relasio rationis dan relasi ketergantungan atau relasio realis.

Sumber

  1. Ohoitimur, Johanis. Metafisika Sebagai Hermeneutika Hemeneutika ( Cara Baru Memahami Filsafat Spekulatif Thomas Aquinas Dan Alfred North Whitehead). Obor: Jakarta, 2006.
  2. Tjahjadi, Simon Petrus L. Petualangan Intelektual (Konfrontasi Dengan Para Filsuf Dari Zaman Yunani Higga Zaman Modern). Kanisius: Yogyakarta. Cet. 6, 2018.
  3. Traktat Alam Pemikiran Barat semester IV. (Pineleng, 2019).
  4. Catatan kuliah: filsafat Thomas Aquinas. 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun