Mohon tunggu...
efrian kaka
efrian kaka Mohon Tunggu... Guru - Lulusan Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Pineleng

terlahir dari keluarga sederhana yang mempunyai cita-cita yang mulia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bukti Keberadaan Tuhan Menurut Thomas Aquinas

10 Februari 2020   20:21 Diperbarui: 16 Juni 2021   08:44 8944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.flickr.com/photos/drriss/

Baca juga: Benang Merah Ideologi Kanan Antara Aristoteles, Thomas Aquinas, dan Marthin Luther

Karena problem inilah Thomas Aquinas berpendapat bahwa kebenaran tidak hanya diperoleh hanya melalui wahyu ilahi saja tapi juga oleh kemampuan akal budi manusia dengan demikian akal budi mampu menjelaskan keberadaan Tuhan dengan melihat realitas yang terjadi yang mana Thomas Aquinas menjelaskannya dalam istilah lima argumen, atau lima jalan (quinque viae) pembuktian adanya Tuhan melalui akal :

1. Argumen pertama didasarkan pada adanya gerak (motus) di alam fisik. Aquinas mengatakan bahwa semua gerak dan perubahan di dunia ini tidak terjadi dengan sendirinya. Pasti ada yang menggerakkan. Siapakah yang menggerakkan itu? Di sini, ada rangkaian gerak-menggerakkan. 

Sesuatu yang bergerak karena digerakan oleh yang lain. Yang lain yang menjadi penggerak juga digerakkan oleh yang lain, dan seterusnya. Akan tetapi gerak-menggerakkan ini tidak dapat berjalan tanpa batas sampai tak berhingga. Maka, harus diterima adanya penggerak pertama yang tidak digerakkan oleh penggerak yang lain. Penggerak pertama ini, oleh Aquinas disebut Tuhan. Jadi, Tuhan Ada.

2. Agumen kedua berangkat dari sebab akibat (ex ratione causa effeciens). Di dalam dunia ini, kita dapat menyaksikan bahwa setiap akibat mempunyai sebab. Tidak ada sesuatu yang menjadi sebab bagi dirinya sendiri. Andaikan hal itu ada, yang menjadi sebab bagi dirinya sendiri tentu harus mendahului dirinya. Ini adalah mustahil. Oleh karena dalam kenyataan terdapat rangkaian sebab akibat yang tidak mungkin tak berhingga, maka harus ada penyebab pertama yang tidak lagi disebabkan oleh sebab yang lain. Penyebab pertama ini adalah Tuhan. Jadi, Tuhan Ada.

3. Argumen ketiga berasal dari adannya kemungkinan dan keniscayaan. Maksudnya dalam kenyataan dunia ini, kita menemukan hal-hal yang bisa ada dan bisa tidak ada. Atau, bisa ada, berkembang, lantas hancur menjadi tidak ada. Dengan demikian, secara logis sebagaimana yang kita ketahui, apa yang tidak ada hanya dapat berada jika diadakan oleh sesuatu yang telah ada sebelumnya. 

Yang telah ada sebelumnya ini tentunya tidak akan mengalami perubahan atau diadakan oleh yang lain dan menjadi musnah. Jika diadakan oleh yang lain, tentu tidak mungkin karena bakal ada sebab-sebab yang tak terberhingga. Oleh karena itu, harus diterima sesuatu yang niscaya dan perlu yang tidak disebabkan oleh yang lain lagi. Itulah Tuhan, jadi Tuhan Ada.

4. Argumen keempat memperhatikan tingkatan derajat segala sesuatu di alam ini. Sebagaimana bisa kita saksikan segalahal di dunia ini memiliki tingkatan derajat yang tidak sama, ada "yang lebih" dan ada "yang kurang". Misalnya, dalam hal kebaikan, keindahan, dan kesempurnaan. Ada yang baik dan ada yang lebih baik, ada yang indah dan ada yang lebih indah, serta ada yang sempurna dan ada lebih sempurna. Tingkatan derajat ini hanya mungkin dikatakan karena ada tingkatan derajat yang lebih tinggi. 

Karena, tingkatan derajat yang lebih tinggi menjadi sebab tingkatan derajat di bawahnya. Sesuatu menjadi lebih sempurna karena ada tingkatan derajat sempurna di bawahnya. Tetapi "yang kurang" ataupun "yang lebih" menjadi mungkin karena da yang "super" atau "paling", yaitu paling baik, paling indah dan paling sempura. Ukuran superlatif atau yang melebihi segala-galanya tidak lain selain Tuhan. Jadi Tuhan Ada.

Baca juga: Pembuktian Eksistensi Tuhan Menurut St. Thomas Aquinas

5. Argumen ke lima berdasarkan keteraturan alam. Segala ciptaaan yang tidak berakal akan bergerak atau bertindak menuju tujuan akhirnya yang terbaik, seperti matahari, bulan, dan bintang yang bergerak mencapai tujuannya yang terbaik. segala ciptaan yang tidak berakal itu tidak mengetahui proses tujuan tersebut. Karena tidak berakal, mestinya ia tidak mampu mencapai tujuan akhir terbaiknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun