Mohon tunggu...
Oyong Liza Piliang
Oyong Liza Piliang Mohon Tunggu... -

Praktisi Media

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Modal-modal Pemimpin Sebelum Berlaga di Pilkada

18 Februari 2018   20:50 Diperbarui: 18 Februari 2018   20:54 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Namun  dengan kemampuan yang dimilikinya, daerah yang memiliki luas 395,83 km2  itu berhasil diubah dan ditingkatkan perekonomiannya. Nurdin mensiasati  APBD sebesar Rp821 miliar dengan menggalang sumber lain. Selama 8 tahun  ia bekerja keras untuk memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantaeng dan  hasilnya memang mengalami pertumbuhan dari 4,7 persen menjadi 9,2  persen, dan kini Bantaeng menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi  di Sulawesi Selatan.

Di samping itu, sejak Nurdin menjabat  sebagai Bupati Bantaeng, perubahan dalam bidang pelayanan kesehatan pun  sangat terasa. Ia menciptakan layanan kesehatan 'mobile ambulans' yang  beroperasi selama 24 jam. Nurdin memodifikasi mobil Nissan Elgrand yang  merupakan hibah dari pemerintah Jepang untuk dijadikan ambulans.

Prestasi  itu bahkan terdengar sampai ke luar negeri: Amerika Serikat. Konsul  Jenderal Amerika Serikat Joaquin Monserrate terbang ke Bantaeng pada  akhir 2014 lalu untuk melihat langsung pertumbuhan ekonomi dan layanan  kesehatan ala Nurdin.

Prestasi Nurdin Abdullah berbanding  terbalik dengan Bupati Ogan Ilir, Sumatera Selatan bernama Ahmad Wazir  Noviadi. Meski sama-sama pilihan rakyat, kepala daerah ini bukannya  membawa prestasi membanggakan bagi daerahnya.

Novi ditangkap BNN  pada 13 Maret 2016, sejurus kemudian ditetapkan sebagai tersangka kasus  narkoba. Ia ditangkap melalui operasi BNN kediaman orangtuanya di Ogan  Ilir, Sumatera Selatan. Ironisnya, Novi saat ditangkap, belum genap  sebulan menjabat bupati, pilihan rakyat.

Pria kelahiran Palembang  22 November 1988 itu, padahal merupakan salah satu kepala daerah  termuda Indonesia. Ia sangat populer di Sumatera Selatan dan  digadang-gadang calon pemimpin besar nasional di masa depan.

Dua  contoh di atas merupakan pengejewantahan pilihan rakyat tidak selalu  salah dan tidak selalu benar. Namun dari dua contoh tersebut akan  mengedukasi masyarakat agar lebih berhati-hati dalam menentukan  pilihannya.

Kota Pariaman yang sudah memasuki tahapan pilkada  sejak September 2017 lalu, akan memilih pemimpin dalam kotak suara pada  tanggal 27 Juni 2018 mendatang. Dalam bilik suara yang kecil itu, masa  depan Pariaman berada. Pilihan-pilihan sudah tersedia dengan banyaknya  nama calon yang mulai mengapung. Beragam latar belakang pula. Dari  politisi, birokrat, pengusaha hingga orang yang memiliki keahlian  khusus.

Pemilihan langsung oleh rakyat, memang memaksa para calon  itu turun ke bawah guna mendulang simpati. Para calon yang sedang  bermurah hati itu, rupanya ada pula dimanfaatkan oleh oknum masyarakat.  Sumbangan demi sumbangan untuk acara ini itu---yang sebelumnya tidak  pernah ada---marak kelihatan. Dalam kesempatan itu pula bahkan terlontar  janji-janji politik oleh para calon yang kadang tidak masuk akal.

Perang  gagasan, adu program atau diskusi dua arah yang selayaknya terjadi  antara kandidat dan calon pemilih berubah jadi ronggengan, raun-raun dan  makan-makan. Tidak ada nilai edukasi di sana. Esensi dari pertemuan  menjadi buyar tanpa makna.

Lahirnya Pemimpin Besar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun