Â
          Pengangguran dan kemiskinan merupakan problem yang telah lama menjadi pembahasan ketika berbicara mengenai perkembangan semangat kewirusahaan yang masih sulit diatasi di masyarakat. Pada tahun 2017, pengangguran terbuka menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan berjumlah 7.170.523 orang (www.bps.go.id). Program pemerintah untuk mengurangi pengangguran belum mampu mengurangi pengangguran secara signifikan. Jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, tidak disertai bertambahnya lapangan kerja dan rendahnya minat berwirausaha merupakan penyebab masalah pengangguran di Indonesia. Rendahnya minat berwirausaha masyarakat tentunya dipengaruhi oleh paradigma masyarakat yang menganggap bahwa wirausaha dapat menimbulkan persaingan, sumber penghasilan tidak stabil, kurang terhormat, suatu pekerjaan yang rendah dan sebagainya. Â
         Semangat berwirausaha pada dasarnya merupakan sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat pada diri seseorang yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh (Parker, 2005). Dalam berwirausaha, orang akan didorong untuk  percaya diri, berorientasi pada hasil, berani mengambil resiko, memiliki kepemimpinan, keorisinilan dan berorientasi ke depan (Wibowo, 2013: 25). Sekolah merupakan lembaga yang bertugas untuk membina, mendidik dan menghasilkan generasi muda yang cerdas, bertakwa, berbudi pekerti luhur, demokratis dan bertanggungjawab sesuai dengan amanat Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sehubungan dengan itu, maka lembaga pendidikan harus mampu menciptakan program yang mampu  meningkatkan semangat kewirausahaan siswa dengan berorientasi secara akademik dan disertai sikap dan perilaku jujur, bertanggungjawab dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Kejujuran adalah salah satu sikap utama yang mempunyai sumbangan besarterhadap perilaku antikorupsi. Ekonomi negara kita akan membaik jika sekolah sebagai lingkungan kedua bagi anak, dapat menjadi tempat pembangunan pembudayaan karakter jujur dan semangat wirausaha (Suryadi, 2002:9).
        Salah satu konsep yang ditawarkan untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan dalam tulisan ini adalah mengembangkan warung kejujuran di sekolah menengah atas di kota kupang. Warung Kejujuran merupakan warung atau toko yang menjual barang-barang kebutuhan peserta didik tanpa ada penjaga.  Warung  kejujuran digagas pertama kali oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam rangka memperingati hari korupsi dan bertujuan untuk menciptakan generasi wirausaha muda yang jujur dan berintegritas tinggi. Sekolah kemudian mengadopsi program ini sebagai salah satu strategi pendidikan wirausaha bagi siswa sekaligus sebagai wadah pendidikan anti korupsi yang akan menjadi muara lahirnya generasi muda yang menghormati semangat berwirausaha dan memiliki integritas. Selain kewirausahan dan kejujuran,  Warung Kejujuran juga merupakan sarana dalam mengembangkan  kedisiplinan, kemandirian, tanggungjawab, dan keberanian mengambil resiko.
         Model Warung Kejujuran belum banyak dilakukan pada sekolah maupun di perguruan tinggi, namun mengembangkan warung kejujuran di sekolah tentunya tidaklah mudah dan belum dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Warung Kejujuran sebagai sarana mengembangkan jiwa kewirausahaan dan pendidikan karakter. Terdapat beberapa sekolah yang harus menutup kantin kejujuran tersebut karena mengalami kerugian.  Masih ada pendidik yang tidak menerapkan pencatatan keuangan yang mendetail. Padahal konsistensi dalam pelaksanaan warung kejujuran sebagaimana fungsi dan kelebihannya dapat meningkatkan perilaku anti korupsi dan semangat wirausaha pada peserta didik.
Tata kelola Warung Kejujuran
       Tata Kelola warung kejujuran dilakukan secara bergantian oleh para siswa sesuai dengan keputusan OSIS dibawah bimbingan guru yang dikepalai Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan. Tugas dan kewajiban pengelola adalah membuka dan menutup warung setiap harinya, membeli dan menyediakan barang yang akan dijual, mencatat persediaan dan pembelian barang per hari, dan membuat laporan mingguan yang akan dipublikasikan di papan pengumuman. Inovasi yang dibuat dalam mengembangkan implementasi warung kejujuran adalah menerapkan system tata kelola warung kejujuran dengan mengadopsi system tata kelola koperasi sekolah dengan memiliki perangkat organisasi yaitu Rapat anggota, Pengurus dan pengawas.
       Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi di tata  kelola warung yang bearti berbagai persoalan mengenai warung hanya di tetapkan dalam rapat anggota. Di sini para anggota dapat berbicara memberikan usul dan pertimbangan, menyetujui suatu usul atau menolaknya serta memberikan himbauan atau masukan yang berkenan dengan warung kejujuran. Oleh karena jumlah siswa tidak terlalu banyak maka dapat melalui perwakilan atau utusan dari kelas-kelas. Rapat anggota tahunan (RAT) diadakan paling sedikit sekali dalam setahun, ada pula yang mengadakan dua kali dalam setahun yaitu satu kali untuk menyusun rencana kerja tahun yang akan datang dan yang ke dua untuk membahas kebijakan pengurus selama tahun yang lampau. Agar rapat anggota tahunan tidak mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar di sekolah, maka rapat dapat diadakan pada masa liburan tahunan atau liburan semester. Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam Warung kejujuran, rapat anggota mempunyai wewenang yang cukup besar. Wewenang tersebut misalnya :a). Menetapkan anggaran dasar, b). Menetapkan kebijakan umum,  c). Menetapkan anggaran dasar, d). Memilih serta mengangkat pengurus warung, f). Memberhentikan pengurus. g). Mengesahkan pertanggung jawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya.
        Perangkat yang kedua adalah pengurus yang merupakan bagian eksekutif dari warung sekolah. Pengurus adalah siswa-siswi di sekolah yang di pilih dalam rapat anggota. Pengurus yang telah menerima pelimpahan wewenang dari anggota itu mewakili anggota-anggota dalam pengelolaan warung kejujuran. Oleh karena itu, pengurus harus mampu menjabarkan kebijakan dan keputusan yang telah di ambil dalam rapat anggota secara lebih terperinci di sertai dengan rencana atau langkah-langkah operasionalnya. Perangkat yang ketiga adalah badan pengawas/pemeriksa yang bertugas melakukan pengawasan apakah pengurus telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Pengawas warung kejujuran dapat di pilih dari siswa yang menjadi anggota atau para guru yang sudah mendapat persetujuan kepala sekolah. Jumlah pengawas berjumlah tiga orang dengan masa jabatan satu tahun.
        Selain ketiga unsur pokok tersebut, dalam management organisasi warung kejujuran terdapat unsur penunjang berupa badan penasihat, pembina, dan pelindung. Badan penasihat, pembina, dan pelindung biasanya berada di bawah kepala sekolah atau pejabat perwakilan dari Dinas Pendidikan setempat. Badan penasihat, pembina, dan pelindung yang beranggotakan guru-guru di perlukan untuk menunjang jalanya kepengurusan Warung Kejujuran di sekolah. Anggota badan penasihat dan pembina adalah para guru atau wakil yang di tunjuk dari pengurus dewan atau komite sekolah atau bisa juga perwakilan orangtua siswa yang tergabung dalam Komite sekolah. Keanggotaan Warung Kejujuran sekolah bersifat terbuka dan sukarela, namun di batasi hanya kepada siswa-siswi dari sekolah yang mendirikan warung kejujuran tersebut
Faktor Pendukung dan Penghambat Warung KejujuranÂ
          Ada beberapa keuntungan yang bisa dipetik dari keberadaan warung kejujuran yang diterapkan di sekolah. Pertama, kantin kejujuran menjadi media yang tepat untuk menanamkan sifat positif bagi peserta didik. Model kantin ini akan membangun karakter dan budaya malu bagi generasi muda. Kedua, kantin kejujuran memberikan solusi preventif, represif, dan edukatif.Langkah edukatif, misalnya, denganmenumbuhkembangkan kantinkejujuran di sekolah. Ketiga, kantin kejujuran sangat relevan dengan proses perkembangan psikologis peserta didik, khususnya dalam pembiasaan dan pembentukan perilaku dalam kehidupan kesehariannya. Dengan pendidikan integritas melalui kantin kejujuran diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan kejujuran siswa yang diwujudkan dalam tingkah laku terpuji. Karena tingkah laku ditentukan oleh keseluruhan pengalaman yang didasari oleh pribadi seseorang. Kesadaran merupakan sebab dari tingkah laku. Artinya, bahwa apa yang dipikir dan dirasakan oleh individu itu menentukanapa yang akan dikerjakan. Adanya nilai yang dominan mewarnai seluruh kepribadian seseorang dan ikut serta menentukan tingkah lakunya.
          Oleh karena itu, agar pelaksanaan warung  kejujuran dapat diwujudkan secara optimal, maka perlu memperhatikan faktor-faktor berikut: 1) Struktur sosiokultural, yaitu pola tingkah laku ideal yang diharapkan; 2) Faktor situasi, yaitu semua kondisi fisik dan sosial di tempat berada dan diterapkannya suatu sistem sosial; 3) Faktor kepribadian, yaitu semua faktor psikologis dan biologis yang mempengaruhi tingkah laku parapelaku secara perseorangan; daya dukung seluruh komponen sekolah, yaitu berupa keteladanan guru dan kepala sekolah. Muhammadun (2006:3) menyebutkan tiga hal yang perlu diperhatikan dalam membangun warung kejujuran yang baik yaitu  1) Menempatkan pendidikan sebagai sarana untuk membentuk karakter. 2) Setelah tercipta karakter,maka perlu membangun kurikulum yang tidak hanya menjelaskan makna tekstual teori ilmu pengetahuan, namun juga mampu mengkontekstualisasikan dengan fenomena ketimpangan sosial yang terjadi dimasyarakat. 3) Melakukan real action (aksi nyata) dalam pemberantasan korupsi, sehingga pendidikan antikorupsi bukan sekadar wacana, namun sebuah gerakan yang memang sangat diperhitungkan untuk kelangsungan masa depan bangsa.
          Adapun faktor penghambat yang ditemukan meliputi beberapa hal yaitu ada pihak yang sengaja mencuri uang hasil penjualan barang dagangan. Faktor lain adalah ada siswa yang membayar tidak sesuai dengan yang seharusnya. Siswa juga mengeluhkan tempat barang dagangan yang kurang bagus (seadanya). Ada juga faktor penghambat dengan tidak disiapkannya uang untuk pengembalian, sehingga para pembeli harus menyiapkan uang pas.  Keberadaan Warung Kejujuran sangat strategis sebagai sarana untuk menguji kejujuran pembeli, karena warung itu tidak dijaga, sehingga perilaku pembeli misalnya mengambil barang dan tidak membayar atau membayarnya kurang dari yang seharusnya tidak ada orang yang mengetahuinya. Demikian pula jika ingin mengambil uang, juga tidak ada yang mengetahuinya karena kotak uang ada di tempat warung dan tidak terkunci atau terbuka.
Break Even poin dan keberhasilan pada Warung kejujuran
           Modal kantin kejujuran diperoleh melalui sumbangan para pelajar, guru, sekolah dan orangtua murid. Nama penyumbang ditulis dan diumumkan di warung kejujuran. Untuk pertanggungjawban warung kejujuran perlu membuat laporan keuangan berupa buku persediaan barang, laporan laba rugi, dan laporan kas. Siswa yang ditugaskan untuk mengelola warung kejujuran diharuskan melaporkan hasil pengelolaan setiap awal minggu berikutnya dan hasil ini diumumkan di warung kejujuran. Dalam ilmu ekonomi ada istilah Break Even Point (BEP) atau yang sering disebut titik impas, yaitu tingkat output dan penjualan jangka pendek dimana produsen menghasilkan suatu jumlah yang hanya cukup untuk menutupi biaya tetap dan biaya variabelnya (Christoper,1994 : 53). Dengan kata lain BEP adalah tingkat volume dimana laba sama dengan not, suatu kedaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi (penghasilan = total biaya). Ada dua penjelasan mengenai Break even Point  dalam kamus besar Akuntansi yaitu pertama, titik yang menentukan volume penjualan dimana total pendapatan atau penghasilan sama dengan total biaya, sehingga perusahan yang bersangkutan tidak memperoleh laba ataupun rugi. Kedua, titik keseimbangan yang diperoleh suatu perusahaan untuk tidak memperoleh laba maupun menderita kerugian. Titik operasi dimana total pendapatan atau penghasilan sama dengan total biaya. BEP Dinyatakan dalam satuan atau jumlah uang dan memiliki beberapa manfaat yaitu, sebagai alat perencanaan untuk hasilkan laba, memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan, mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan, dan mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti.
        Rumus penghitungan Break Even Poin adalah biaya tetap (fix cost) dibagi Harga jual  (price) per unit dan dikurangi dengan biaya variable per unit (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak akan mengalami perubahan apabila terjadi perubahan volume produksi. Biaya tetap secara total kan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya tetap merupakan biaya yang akan selsalu terjadi walaupun perusahaan tidak berproduksi. Biaya variable adalah biaya yang berubah ubah tergantung dengan perubahan volume penjualan produksi. Biaya variabale akan berubah secara proporsional dengan perubahan volume produksi. Keberhasilan Warung kejujuran lebih menekankan cukup pada kondisi Break Even Poin (BEP) atau titik impas, karena pada prinsipnya warung kejujuran tidak diproyeksikan pada Profit Oriented sebagaimana layaknya kantin biasa lainnya. Warung ini lebih menekankan pada pendidikan karakter pada siswa sekolah tersebut terutama pada penanaman nilai kejujuran.
Peran Warung KejujuranÂ
            Berdasarkan kajian pustaka dari beberapa penelitian sebelumnya, pen berkesimpulan bahwa keberadaan Warung Kejujuran dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan, kedisplinan, Kemandirian dan Kejujuran. Adanya peningkatan jiwa kewirausahaan disebabkan para pelajar mendapatkan pengalaman yang berupa mendapatkan bahan baku, mengolah, memasarkan serta melaksanakan pengelolaan operasional warung kejujuran dilandasi kerja keras, ulet, tekun, berani mengambil resiko dan belajar mandiri. Keberadaan Warung kejujuran ternyata dapat meningkatkan kejujuran siswa. Mengingat Warung Kejujuran tidak dijaga, maka konsumen yang ingin membeli barang-barang dilakukan secara swalayan, membayar sesuai dengan harga yanag tercantum dalam barang tersebut dengan cara memasukkan sejumlah uang ke dalam kotak uang yang tersedia. Transaksi pembelian di Warung Kejujuran dapat melatih kejujuran dan tanggungjawab serta atas kesadaran diri sendiri siswa  membeli barang sesuai dengan tingkat harga yang tercantum pada masing-masing barang.  Keberadaan Warung Kejujuran dapat meningkatkan kemandirian, karena mahasiswa dapat berlatih mengelola usaha dan mengambil keputusan mulai dari usaha mendapatkan barang-barang yang akan dijual, mengolah, memasarkannya hingga menentukan berbagai kebijakan dalam rangka untuk mengembangkan Warung Kejujuran.  Keberadaan Warung Kejujuran dapat digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan, antara lain melalui aktivitas mentaati tata tertib, melakukan pencatatan secara tertib, jadwal dan jenis menu makanan dan penyusunan laporan pertanggungjawaban penyelenggaraan Warung Kejujuran setiap akhir tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H