Karya. ady.s
Jam di dinding terus berputar seturut arahnya.
Di sore itu nampak pena dan segelas kopi baru di seruput oleh ku.
Pandang kabut dari jendela rumah tua yang usang di makan tahun menemani hari - hari ku.
Tinggal ceritera lama dan lapuk di telantarkan waktu.
Ku panjatkan doa di awal Februari pada semesta.
Aku jelas tak tahu kemana arah angin segera menuntun ku.
Dimanakah gerimis yang sedari tadi siang hilang tanpa jejaknya.
Walau hanya sesaat, aku terbiasa tuk berlindung di bawah atap pondok itu.
Fikir ku hanyalah menunggu sehabis hujan sore ini.
Tak ada waktu untuk bercerita walau sendiri hanyalah sebatas menunggu.
Dua jam itu aku terjaga sehabis hujan siang tadi.
hanya basah kuyup pada pohon dan rerumputan yang masih tertinggal.
bahkan mata ku hanya tertuju pada pelangi sore itu.
Senja tak pernah bertanya walau hujan hanya datang sekali saja.
iya, terimaksih ku adalah doa yang di panjatkan semesta pada ancala swara...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI