Mohon tunggu...
FRANSISKUS HERU
FRANSISKUS HERU Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis asal Kec. Sompak, Kab. Landak, Kalimantan Barat.

Membaca dan menulis berlaku seumur hidup. TERUSLAH SEMANGAT BELAJAR ! *Kelahiran Mangaro, 20 Oktober 1997 *Alumnus IKIP Budi Utomo Malang *Guru SDN 09 Galar *Content Writer di www.sdngalar09.sch.id *Blogger di Kompasiana *Artikel ilmiah terpublikasikan di ejurnal.budiutomomalang.ac.id *Cerpen pernah diterbitkan Alinea *Email 1: fransiskusherumahatalino17@gmail.com *Email 2: fransiskusheru17.writer@gmail.com *WhatsApp: 082177482203

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Definisi Merantau Chapter 6: Sering Mengadakan Perkumpulan

11 April 2024   09:15 Diperbarui: 11 April 2024   09:26 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, setelah sampai di lokasi, ternyata Lapak Mbak Nia tutup. Kami ber-Lima dengan tegas melabelkan bahwa lapak Mbak Nia tidak akan buka pada malam itu juga, sebab jam segini yang di mana pada saat itu jam sepuluh kurang (waktu malam di Malang) belum dibuka juga.

Semua itu hampir tak jadi untuk mengopi di malam minggu dengan tanah yang basah akibat rerintikan tangisan dari langit.

Lapak Mbak Nia enggak buka, dan seperti biasanya runding pun dimulai. Runding demi runding dengan durasi yang hampir lima menit begituan (seingat saya), tengggg dan keputusan pun difinalkan. Fiks dengan bunyi keputusan itu "Kita ngopi di kampus A saja",, oke, ia oke. Oke, itu lah kata yang disampaikan dari lidah-lidah yang sehati.

Hingga akhirnya, kami pun malam mingguan di salah satu warung kopi yang ada di lingkungan kampus kita, yakni Kampus A. Bukan warkop DKI ya, hehe. Namanya adalah Warkop Bunglon.

Detik berganti detik dengan hembusan angin dan bocornya gelas minuman kami yang diakibatkan oleh seduhan manis dari bibir-bibir kami. Cacing-cacing yang tanpa cahaya di lambung Tuhe'k (Kriss) mulai berteriak, tolongggggg kami lapar haa, terencana untuk pergi ke Kos Tumpai dkk dengan dalih agar bisa makan malam.

Awalnya si Kriss dan Ima ingin bergegas pulang ke kontrakan mereka, saya dengan keputusan final untuk memutuskan "Mending kita makan di kos mereka Bang Tumpai aja."

Langkah kaki demi langkah kaki, kami pun sampai di kos mereka, kami melihat mereka sudah berkumpul di RT. Lohh kok kumpul di RT? Sembari tercengang serta kebingungan, memang ada apa kumpul di RT? Iya itu emang suatu penamaan dari saya untuk ruang tamu, saya menyingkat ruang tamu menjadi RT.

Kumpulan kebo itu: Tumpai, Uyet, Rian, Kak Jeje, Memo dan beserta dengan Bang Dilot. Duduk sebentar, saya langsung mengambilkan piring dengan sendok untuk mereka ber-Tiga (Iko, Kriss dan Ima).

Mereka pun berkumpul dan mereka makan malam dengan satu kumpulan sahabat di dalam area kamar kos namun dengan pintu terbuka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun