KEPADA FAJAR
Fajar baru merekah
hangat menembus kisi-kisi jiwa yang hampir layu terpapar kemarau musim yang segera menggeser hujan
Menggerakkan kembali kaki dan tangan kreatif yang nyaris diam disumpal bejibun rutinitas formal
Mengusik kembali nurani yang hilang suara
Menyatukan frasa yang tercerai badai savana
Menyapu lenyap kumpulan cendawan musim hujan.
Dan
Wahai kau fajar harapan
Terbitmu berselimutkan kabut di penghujung senja musim ini
Teriring rintih para Oemar Bakri pengabdi tanah tumpah darah ini
Yang kian terhimpit
Yang ditampar jemari pengepul rupiah
Di atas sana engkau berpesan
Di bawah sini aku setia mendengar
Sering kali tutur jauh dari tindak
Pikiran tak sejalan sukma
Aku masih tetap dalam balutan asa dan cinta
Profesi senantiasa memanggil
Tugas selalu menyapa
Jalani secara profesional " Tetap Mencintai Profesi"
Dalam hening kumenanti bulir-bulir bernas berekspresi menghiasi dunia
Menghilangkan dahaga umar bakri yang kian keriput tergerus waktu.
Berdiri di wadas tak tersentuh,
bersimpuh pada lengkungan nasib tak tentu
Kini asa terbit lagi pada hari kesekian
Ubun-ubun menghangat dan mulut komat-kamit mengucap mantera
(sama-sama): Bersamamu....wahai waktu yang menyambangi kemarau kami
bertaut jiwa berpadu cinta
Merawat kembali dunia yang terluka
Mewarnai kembali humanisme ketimuran dengan adab dan hormat
Menuju masa yang lebih mulia.
Lebatukan, 23 nov 2021
(karya para Kepsek SMP kec Lebatukan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H