Mohon tunggu...
Randuz Lasar
Randuz Lasar Mohon Tunggu... Guru - Randuz Lasar

Bagai Cahaya, Menembus Tak Harus Merusak

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jangan Sampai Layu

20 Maret 2021   14:27 Diperbarui: 20 Maret 2021   14:30 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit kian gulita
Dewi malam berselimutkan pekatnya
Bintang redup menatapku
Termangu,
Di bibir tungku
Nasibku

Sepih malam mendekapku
Menatap seonggok bara, dan
Menghirup asap kayu setenga kering
Kepulannya bergelombang searah mata angin
Menerpa parasku, menyusup nafas
Hingga sesak-patah

Ah.... Betapa tersiksaku

Jengkrik bernyanyi di ujung dedaunan
Jauh dari pucuk cemarah
Lirik-liriknya jatuh, mengangkang
Di atap lontar dapur
Dia mengejek, nada demi nada

Dunia terpasung gelap
Direnggutnya anganku Kepada ceruknya
Hingga aku hilang titian

Dia bahagia, kata mereka
Aku mengangguk, meyakinkan diri

Pergilah....
Kau menikam hatiku dengan keputusanMu
Agar bahagia.

Hipolitus P. Kopong Lamaking

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun