Oleh Fransisco Xaverius Fernandez
"Kenapa kalian menebang pohon di hutan ini?" tanya ipar Penulis ketika beliau masih aktif sebagai pegawai Dinas Kehutanan NTB yang bertugas di Lombok Tengah kepada Petani Penggarap Sekitar Hutan. Sekarang beliau sudah pensiun.
"Daripada saya mencuri, pak!" jawab mereka mantap. Karena menurut mereka bahwa mencuri bisa menyebabkan sesuatu yang merugikan orang lain dan terlebih dilarang oleh agama.
Demikian salah satu kisah unik ketika beliau bertugas yang dibicarakan kepada Penulis ketika kami bermain ke rumahnya.
"Lha kalau hutan gundul tidak merugikan orang lain?" Penulis bertanya kepada ipar kami tersebut.
"Sangat merugikan ,Frans! Makanya kami tidak jemu-jemunya memberikan penyuluhan tentang kehutanan." Lanjut si ipar.
Lalu beliau memberikan contoh nyata, ialah banjir dan tanah longsor akibat penebangan hutan secara liar. Selain membawa dampak negatif untuk lingkungan, penebangan liar juga menghilangkan produk hutan, misalnya hasil getah atau buah pohon, dan lain sebagainya, yang merugikan ekonomi warga di sekitar hutan tersebut.
Bahkan akibat jika menebang hutan sembarangan, kesuburan tanah dapat menurun atau menghilang. Tingkat kesuburan tanah dapat menurun atau menghilang karena tanah menyerap langsung sinar matahari. Berbeda jika ada pohon atau hutan yang melindungi tanah, karena sinar matahari akan diserap terlebih dahulu oleh pohon. Jika kesuburan tanah sudah menurun, nutrisi yang ada pun perlahan terkikis, menguap dan akhirnya menghilang. Upaya reboisasi akan sulit dilakukan di kawasan tersebut, karena kandungan nutrisi tanah sudah hilang.
Sumber daya air akan menurun. Tidak hanya nutrisi yang akan menghilang, sumber daya air juga bisa menurun jika hutan ditebang secara liar. Karena pohon sangat berperan penting untuk menjaga siklus air dengan akar yang dimilikinya. Pohon akan menyerap air tanah, kemudian dialirkan ke daun dan akhirnya air itu akan menguap dan dilepaskan ke atmosfer.
Jika hutan ditebang secara liar, maka daerah itu seketika berubah menjadi gersang. Keanekaragaman hayati dapat punah Hutan menjadi tempat tinggal bagi sejumlah makhluk hidup, seperti flora dan fauna. Jika hutan ditebang secara liar, akibatnya hewan akan kehilangan tempat tinggalnya. Apabila hal ini terus berlangsung, dikhawatirkan keanekaragaman hayati di hutan tersebut akan punah.
Beliau menjelaskan panjang lebar akan hal ini. Sebagai Penyuluh lapangan di Dinas Kehutanan, beliau mempunyai literasi yang cukup baik dalam hal ini.
"Pak Frans, berdasarkan Keputusan Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono Nomor 24 Tahun 2008, tanggal 28 November ditetapkan sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia yang dimaksudkan untuk memberikan kesadaran dan kepedulian kepada masyarakat tentang pentingnya pemulihan kerusakan sumber daya hutan dan lahan melalui penanaman pohon." Beliau melanjutkan penjelasannya dengan bangga.
"Wow...sampai hari penanaman pohon nasional juga ada?"
"Ya dong, masak hanya guru saja yang banyak harinya.." canda beliau.
Penulis memang sering ke rumah beliau. Walaupun lahan rumahnya kecil tapi beliau pandai mengatur lahan tersebut sehingga bisa di tanami aneka macam pepohonan yang membuat nyaman kami jika berkunjung ke sana.
Bahkan beliau berhasil menggerakkan warga sekitarnya untuk memanfaatkan lahan yang ada. Cara yang beliau pakai adalah menanam bibit pohon tahunan seperti pohon mangga, pohon nangka, belimbing dan masih banyak lagi.
Mungkin karena malu para tetangga akhirnya ikut menanam pohon lainnya. Sekarang lingkungan di sekitar rumah beliau menjadi sejuk.
Suatu hari datang seorang tetangga mengadu kepada ipar kami tadi: "Bu Wayan, bisa nggak beritahu adiknya agar tidak mengambil buah nangka di depan rumah tanpa ijin."
"Yang mana?"tanya ipar.
"Itu di depan rumah kami, benar sih bahwa buah itu di tanam oleh pak Wayan. Tapikan.."
"Ya kami mengerti. Nanti saya beritahu adik kami."
"Tapi boleh kok diambil bu. Asal ngomong..."
"Benar itu." Tegas ipar penulis.
Kemudian saat bertemu dengan sang adik, beliau langsung menegurnya. Bahwa kalau mau ambil minta baik-baik kepada orang yang punya.
"Apa? Ngakunya dia yang punya. Kan itu kakak yang tanam!" tegas sang adik.
"Adik... Bukan begitu konsepnya!" Â Â
====
Praya, 28 November 2022
Salam damai sejahtera dari Pulau Jalan Lurus -- Lombok
Dari Opa Sisco yang selalu bahagia...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI