Mohon tunggu...
Fransisco Xaverius Fernandez
Fransisco Xaverius Fernandez Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 1 Praya Lombok Tengah NTB

cita-cita menjadi blogger Kompasiana dengan jutaan pembaca, penulis motivator kerukunan dan damai sejahtera. selain penulis juga pengurus FKUB Kabupaten, Pengurus Dewan Pastoral Paroki Gereja Katolik Lombok Tengah NTB.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Paduan Suara Para Motivator

22 November 2022   06:00 Diperbarui: 22 November 2022   07:03 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tersentak dengan motivasi mereka yang luar biasa itu. Ketika ada teman dari kota. Guru motivator lainnya.

"Kamu itu tidak bisa mengatur gajimu, ya?"

"Anuk...bingung jawabnya pak." Jawabku lirih dengan memendam rasa.

"Aku itu mengambil istri yang sama-sama guru agar kami saling melengkapi." Ia mulai bercerita sebagai motivator handal.

"Aku ini perantau. Asalku dari seberang. Orang tuaku kaya. kebetulan mereka sangat mencintaiku. Mereka memaksaku untuk membeli tanah dan membangunkan rumah megah dengan uang mereka.'

Aku memandang cerita motivator kali ini dengan semangat tinggi. Ini sangat membanggakan.

"Kami tidak minta kepada mereka, tapi mereka yang membangunkan semua ini. Bahkan mobil sudah tersedia di rumah baruku. Lengkap dengan perabotannya dan bekal setiap bulan!" wah teman yang satu ini sangat antusias memberikan motivasi kepadaku.

"Nah, segala gajiku ku tabung juga. Kamu itu kok tidak bisa menabung. Atur dong uangmu..." nasehatnya kepadaku.

"Kamukan tidak mendapatkan warisan rumah atau tanah. Kamu pakai gajimu yang seuprit itu untuk cari rumah!"

Wow nasehat yang membangunkan harga diriku untuk berjuang. Semangat juangku sangat tinggi. Aku bertekad menyesuaikan dengan segala semangat mereka. Buktinya sebelum aku punya rumah , aku ngekos di tempat elit karena di tempat rakyat kebanyakan tempatnya sudah habis.

Agar terlihat mampu membayar, maka kuambil hutang di koperasi. Wow...tiap tahun bertambah. Sampai bingung aku mengelola uangku. Mau menabung di bank, eh, diambil cicilan koperasi, bank bahkan orang-orang yang menitipkan uangnya padaku asal ku bayar setiap bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun