Mohon tunggu...
Fransisco Xaverius Fernandez
Fransisco Xaverius Fernandez Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 1 Praya Lombok Tengah NTB

cita-cita menjadi blogger Kompasiana dengan jutaan pembaca, penulis motivator kerukunan dan damai sejahtera. selain penulis juga pengurus FKUB Kabupaten, Pengurus Dewan Pastoral Paroki Gereja Katolik Lombok Tengah NTB.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Blug!

22 November 2022   02:00 Diperbarui: 22 November 2022   02:07 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Tapi Tuhan kenapa berat nian beban hidup ini? Kata-Mu selalu mendampingiku. Mana buktinya?!”

“Coba lihat hanya ada sepasang bekas telapak kaki di ubin rumahku dan aku tahu itu aku yang berjalan sendiri!” aku makin berani mengungkapkan semua ini. Ada nada amarah dalam doaku ini.

“Coba perhatikan baik-baik telapak kaki siapa itu?” tanya Tuhan kepadaku. Lalu kuperhatikan baik-baik, sepertinya bukan telapak kakiku. Karena komposisi telapak kaki itu benar-benar sempurna. Sungguh telapak kaki yang agung!

“Eh, bukan Tuhan.” Aku tersipu malu. “Kalau kakiku besar tapi tidak enak dilihat!”

“Benar anak-Ku. Ketika kamu sedang gembira , kamu melihat dua pasang kaki di sana bermain dengan gembira. Namun di saat kamu mulai goyah karena sedih dan banyak masalahmu, hanya ada sepasang kaki di sana karena Aku menopang dan seringkali menggendongmu di bahu-Ku!” Tegas Tuhan kepadaku.

“Ih Tuhan akukan sudah tua, masakan Engkau menggendongku?”

“Nah, inilah penyakit orang tua. Gengsi mencurahkan perasaannya pada-Ku!”

“Apalagi kamu Bapak-bapak, eh gengsinya makin tinggi. Takut dibilang lemah!”

“Menangislah saat kamu menghadap-Ku dalam doa-doamu. Ungkapkan semuanya tidak perlu ditutup-tutupi. Karena jumlah rambutmupun Aku tahu!” kata Tuhan menguatkanku secara beruntun. Mungkin Ia mau mengingatkanku karena ke-ngeyelan-ku.

“Aku ini lemah-lembut. Pikullah kuk yang Kupasang di bahumu. Bebanmu ringan karena Aku tahu bagaimana kemampuanmu! Percayalah Aku akan mengantarmu ke jalan yang benar. Dan kamu pasti akan bahagia!”

“Terimakasih Tuhan. Tapi Tuhan aku masih takut keluar rumah karena mereka yang menagihku masih menunggu jawabku.” Kataku masih lirih..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun