Intinya mereka tumbuh dan berkembang sesuai kodratnya masing-masing. Mereka kami didik berdasarkan minat dan bakat yang mereka miliki. Sebelum mereka memilih sekolah dan jalan yang akan mereka lalui, kami selalu mengajak mereka bicara. Dalam hal ini Ibu sambungnya. Aku sebagai ayah melihat semuanya baik maka akan aku dukung.
Pesan Ibunya yang mereka panggil "Mama" adalah ketika sudah memilih maka harus siap menerima konsekuensi selanjutnya. Maka sebelum memilih jalan itu kalian harus pandai menggali informasi yang akurat. Jangan tergoda dengan informasi yang baik-baik saja. Namun tetap melihat yang 'kurang baik' dari jalan itu.
Semoga rahmat dan berkat Allah selalu menaungi setiap jalan mereka. Sehingga mereka bahagia bersama Tuhan.
SETIAP ORANG MEMILIKI TANGGUNG JAWAB
 Pada suatu hari Sang Guru Bijak (Yesus) melakukan perjalanan dan bersama murid-muridNya mampir di sebuah keluarga. Nama mereka adalah Marta dan Maria. Ada hal menarik dari dua tokoh yang menjadi sentral pembahasan kita kali ini. Yaitu:
1. Tokoh Pertama: Maria. Ketika Yesus datang , ia melakukan hal :
- Duduk dekat kaki Tuhan, dan
- Terus mendengarkan perkataanNya.
2. Tokoh Kedua: Marta melakukan hal sebaliknya ketika Yesus datang:
- Sibuk melayani (di dapur),
- Melihat Maria 'tidak membantunya' ia protes dan meminta agar Yesus memerintahkan kepada Maria untuk membantunya. Karena Marta bekerja sendirian.
Tapi mari kita simak jawaban Yesus:
- Marta, jangan kuatir dan menyusahkan dirimu dengan banyak perkara,
- Karena Maria sudah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil darinya.
- Intinya masing-masing mempunyai tugas. Seharusnya saling melengkapi.
IRI HATI MERUSAK KOMUNIKASI DAN PEKERJAAN
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), iri hati berhubungan dengan perasaan kurang senang ketika melihat kelebihan orang lain. Perasaan ini dalam berupa rasa cemburu, sirik, dan dengki. Sementara KBBI memaknakan kata dengki sebagai menaruh perasaan marah perasaan benci dan rasa tidak suka/rasa iri hati yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain.
Sedangkan menurut ajaran Katolik yang saya anut terutama dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) 2539, iri hati termasuk dosa pokok di mana orang merasa kecewa karena orang lain mendapat untung. Misalnya, dua orang bekerja di sebuah perusahaan yang sama dengan masa kerja yang sama, tetapi salah seorang lebih sukses dari yang lainnya. Perasaan tidak senang ini mengarah kepada tindakan dosa ketika pihak yang tidak senang ini kemudian (1) berusaha dengan berbagai cara untuk menggagalkan atau merebut kesuksesan tersebut; (2) menginginkan atau melakukan hal yang jahat terjadi pada orang tersebut; dan kemudian (3) merasa senang atau berbahagia jika orang sukses tersebut telah berhasil dikalahkannya secara tidak adil.