Konsumen yang membutuhkan jasa kuli angkut, seperti Saduk memang tak seramai dulu. Sementara itu, jumlah kuli angkut kian membludak. Namun, tak ada di benak Saduk untuk meninggalkan pekerjaan yang sudah 30 tahun lebih dijalaninya. Tak terlintas pula dalam batinnya untuk berhenti dari pekerjaannya. Padahal ia bisa tinggal di rumah, bersama istri, anak, dan cucunya yang butuh kehadirannya sepenuh waktu.
Tantangan Utama
Tantangan utama untuk kuli angkut yang sepenuhnya mengandalkan kekuatan fisik adalah kesehatan. Sayang, kebutuhan utama ini tidak mendapat perhatian serius. Saduk, misalkan, dengan mudah mengatakan, jika sakit ia ke warung membeli obat. Syukurlah jika gering yang dideritanya sebatas flu atau batuk, jika ternyata mengindap penyakit lain yang lebih kompleks ke mana ia mesti berobat?
Kesempatan mendapat layanan kesehatan yang lebih optimal selalu ada. Sayang, Saduk abai hal itu. Ia tak sudi mengurus surat-surat demi mendapat layanan kesehatan nan prima. Padahal orang-orang seperti Saduk rentan terkena penyakit. Jika ia sadar, keberadaannya menjadi tulang punggung keluar, seharusnya ia peka soal kesehatan.
Rupanya Saduk tak terlalu menghiraukan soal kesehatan. Hal sederhana, ia justru lebih memilih mengurangi pasokan air bagi tubuhnya ketimbang mengurangi jatah rokok harian. Seandainya tak merokok, selain demi kesehatan, ia bisa menambah pendapatan untuk dikirim kepada keluarganya.
Memang hal terberat mengajak orang menjaga kesehatan dan keluar dari jerat kemiskinan adalah tak ada kemauan dari yang bersangkutan. Jika sudah seperti itu, jangan menyalahkan orang lain. “Saya merasa kecewa. Kenapa pekerja seperti saya tidak diperhatikan soal kesehatan”, kata Saduk. Bagaimana orang bisa memperhatikan, jika diri sendiri saja tak peduli dengan kesehatannya sendiri?
Fransisca Vita Kristanti