Saya ingat, dosen saya pernah masuk dan bertanya: Pernahkah kalian berpikir untuk bunuh diri?
Dari kelas dengan 50 orang, hanya sepasang tangan yang mengangkat tangan. Masalah depresi dan bunuh diri memang termasuk tinggi prevalensinya di seluruh dunia.
Bunuh diri adalah penyebab kematian terbesar keempat pada rentang usia 15-25 tahun. (WHO,2021). WHO juga memperkirakan tahun 2019 angka bunuh diri di Indonesia mencapai 2,4 persen dari 100.000 jiwa.
Artinya, satu dari 50 orang yang kita kenal mungkin melakukan aksi bunuh diri, belum termasuk orang-orang yang mencoba bunuh diri namun gagal, atau orang dengan depresi yang tidak suicidal atau tidak ingin bunuh diri.
Bidang psikologi sediri termasuk bergengsi dan ketat di Jerman. Untuk masuk psikologi, nilai seseorang harus bagus atau 1 saat Abitur (ujian kelulusan SMA).
Setelah kuliah S1, seseorang harus kuliah S2, dan menempuh pendidikan lanjutan (Ausbildung) selama 5 tahun, dengan biaya yang cukup mahal.
Tidak heran, dengan pendidikan lama dan mahal, tarif konsultasi dengan psikolog juga mahal, bisa mencapai 150 euro (lebih dari dua juta rupiah) per jam.Â
Namun, kadang terdapat subsidi dari pemerintah, misalnya untuk mahasiswa dapat menghubungi psikolog univesitas gratis atau dengan biaya lebih murah.
Ingat juga bahwa di Jerman pajak penghasilan progresif di Jerman bisa mencapai 50% untuk orang berpenghasilan tinggi, jadi tarif psikolog itu tidak hanya dinikmati sang psikolog, tapi juga untuk fasilitas RS Jiwa di Jerman, misalnya.Â
Sedangkan di Indonesia, setelah lulus kuliah S2 psikologi profesi , seseorang langsung bisa menjadi psikolog dan menangani kasus klien".
Selain itu, stereotip tentang kuliah psikologi juga masih tersebar di masyarakat. Misalnya, yang hampir semua anak psikologi rasakan Nanti kerjaannya ngurusin orang gila dong,". Padahal, mayoritas lulusan psikologi justru bekerja dengan orang normal, seperti di bagian HRD perusahaan, di sekolah, dsb.