Setiap semester, walaupun biaya pendidikan sebenarnya ditanggung pajak, kita tetap wajib membayar biaya "lain-lain" 245 euro, yang mencakup administrasi dan tiket semua jenis kendaraan umum di seluruh negara bagian "Rheinland-Pfalz".Â
Biaya ini tentu lebih rendah biaya kuliah di Indonesia, yang bisa mencakup 5 juta rupiah hingga seharga mobil mewah keluaran terbaru untuk jurusan yang bergengsi.
Untuk lebih detail mengenai biaya ini sudah dibahas Bu Theresia Iin di sini.
2. Pembelajaran yang aktif dan dua arah
Konsep ini mungkin sudah umum diketahui dan digalakkan sekolah dan institusi pendidikan di Indonesia, namun baru di Jerman saya merasakannya secara langsung.Â
Seminar (kelas kecil di universitas) sering dimulai dengan brainstorming, para profesor meminta pendapat mahasiswa tentang suatu topik, baru kemudian menjelaskan lebih dalam.Â
Di Indonesia, paling tidak generasi jadul seperti saya dan sebelumnya, biasanya murid "duduk manis" secara harafiah, hanya duduk diam mendengarkan guru dan menjawab kalau ditanya.Â
Jika ada murid yang aktif bertanya dan mengemukakan pendapat, bisanya akan dianggap aneh oleh murid lainnya, atau bahkan gurunya.
Tapi, budaya malu dan takut salah di kelas ini tidak ekskusif milik kita saja, tetapi juga milik orang-orang Asia lain yang saya temui di Jerman.Â
Pada hari pertama di kelas, saya cukup kaget dengan para mahasiswa yang berebut untuk mengemukakan pendapat, terutama mereka yang dari negara Barat.Â
Mahasiswa Asia biasanya baru akan angkat suara ketika ditanya, kecuali mahasiswa India yang juga cukup blak-blakan seperti mahasiswa Barat.