Mohon tunggu...
Fransisca Listiariny
Fransisca Listiariny Mohon Tunggu... Guru - Guru MAN 4 Bantul

Guru Mapel PKWU

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Goyang Lidah di Jogja Istimewa

8 Maret 2021   14:31 Diperbarui: 8 Maret 2021   20:30 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna ... Terhanyut aku akan nostalgi, saat kita sering luangkan waktu, nikmati bersama suasana Jogja". 

Penggalan lagu "Yogyakarta" yang dinyanyikan oleh Kla Project yang membuat diriku selalu rindu dengan kota kecil dengan multikulturalisme tinggi ini. Hanya di kota ini kita dapat melihat berbagai kebudayaan Indonesia yang berbeda membaur menjadi satu.

Tapi, ada yang berbeda dengan Jogja saat ini. Kota yang populer dengan "Jogja Berhati Nyaman" perlahan mulai terkena dampak modernisasi yang mengatasnamakan pembangunan. 

Salah satu hal yang membedakan Jogja yang dahulu dan sekarang adalah jumlah pertumbuhan kendaraan bermotor yang drastis. Bahkan, dominasi kendaraan berplat AB semakin menunjukkan penurunan dibanding dengan kendaraan dari daerah lain. 

Jika diperhatikan, mengapa sulit menemukan angkot atau bis umum di Jogja?  jawabannya adalah, karena Jogja memang di desain sebagai kota nyaman yang akses dari satu tempat ke tempat lain dapat kita lalui dengan mudah dan dekat. Tidak heran becak dan andong masih menjadi primadona di kota kecil ini bila kita berada di Malioboro pusatnya kota Jogja.

Dahulu, cukup membutuhkan waktu 10 menit untuk pergi ke suatu tempat di dalam kota. Dengan jalanan Jogja yang macet sekarang, harus berangkat satu jam lebih awal untuk pergi ke tempat yang akan kita tuju. 

Sopan santun lalu lintas juga terlihat berkurang di kota ini, klakson yang dihidupkan sebagai bentuk kesopanan sebelum menyalip pengendara lain berubah menjadi srobot-srobotan penuh emosi antar pengendara sepeda motor. Jalanan kecil kota Jogja yang mampu membuat waktu terasa pelan, kini penuh dengan kemacetan mobil seperti yang terlihat di kota-kota besar lainnya.

Perubahan yang terjadi di kota Jogja tidak mengubah karakteristik warga Jogja yang sederhana dan menghargai seni budaya dan sikap ramah yang jarang kita temui di kota lainnya. 

Seperti di pasar tradisional, di sini kita bisa merasakan kehangatan para pedagang pasar ketika sedang "tawar-menawar" dan merasakan ketulusan warga Jogja yang tidak ternoda oleh pikiran "mencari untung sebanyak-banyaknya". 

Kemudahan dan kelengkapan minimarket ataupun supermarket berjejaring memang tidak dapat dipungkiri lagi, tapi bukan berarti kita harus beralih meninggalkan pasar tradisional. 

Dengan segala perubahan yang dialaminya, Jogja tetap menjadi tempat yang nyaman untuk para penghuninya. Namun, menjaga kota kecil yang penuh dengan kekayaan budaya ini tentu menjadi tanggung jawab kita bersama.

Jogjakarta memang tidak ada matinya. Entah harus memulai dari mana untuk membicarakannya. Jogja itu tidak hanya penuh kenangan, namun juga penuh dengan cerita, senyuman, dan kehangatan. 

Bagi kebanyakan orang, Jogja memang kota yang tidak mudah dilupakan begitu saja. Bahkan, selalu saja ada alasan untuk kembali ke sana. Yang menarik lagi, daerah penuh kehangatan yang juga dijuluki sebagai kota pelajar ini tidak hanya menyimpan destinasi wisata budaya dan sejarah yang banyak. Tapi juga memiliki kawasan kuliner khas yang tidak hanya unik tapi juga menggoyang lidah. 

Kalau kebetulan kamu berada di Jogjakarta entah untuk urusan bisnis atau memang sedang liburan, mungkin ada baiknya meluangkan waktu sejenak untuk menikmati kehangatan yang disajikan Jogjakarta lewat beberapa kuliner yang akan menggoyang lidah. 

Salah satunya adalah makanan berbahan dasar nangka muda yang terkenal dengan Gudeg. "Gudeng is Jogjakarta and Jogjakarta is Gudeg". Kedua hal ini tidak bisa dipisahkan sehingga saat ke Jogjakarta pastikan untuk menyantap gudeng yang terbuat dari olahan nangka muda ini. 

Di Jogjakarta banyak sekali kedai hingga restoran menyediakan kuliner gudeg yang memikat serta disajikan dengan cara unik dan autentik ini. Seperti Gudeg Pawon yang baru buka pada pukul 22.30 dan habis sebelum dini hari. Di tempat ini kita rela untuk antre panjang demi mendapatkan gudeg dengan rasa luar biasa.

Kuliner asli selanjutnya yang wajib dicoba ketika bertandang ke Jogjakarta adalah "Mangut Lele". Kuliner ini dibuat dengan membakar lele di atas api hingga matang dan dagingnya kesat. 

Setelah lele matang, kuah berupa bumbu santan kental berwarna kuning disiapkan untuk rendaman dari ikan. Oh ya, mangut lele biasanya dimasak dengan cita rasa asin dan pedas dan disantap menggunakan nasi yang masih hangat. 

Saat ini warung mangut lele yang masih menyajikan resep asli dan autentik terletak di Dusun Nengahan, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Nama warungnya adalah Mangut Lele Mbah Marto yang sudah sangat terkenal hingga keluar kota Jogja.

Selanjutnya kuliner yang tak kalah nikmatnya yaitu "Bakmi Jawa". Barangkali kamu akan berpikir bahwa bakmi yang ada di Jogja sama saja dengan bakmi yang dijual di kota besar terutama di warung masakan oriental. 

Sebelum kamu mengatakan seperti itu ada baiknya mencoba dahulu makan bakmi Jawa Mbah Mo yang terletak di Dusun Code, Bantul atau mencoba bakmi Jawa Pak Pele tak terletak di selatan alun-alun utara Jogjakarta. Yang membedakan bakmi jawa dengan bakmi kebanyakan adalah, cara memasaknya. Bakmi jawa dimasak di dalam anglo atau alat masak dari tanah liat dan menggunakan kayu atau arang. 

Cara memasak ini akan memberikan sensasi nikmat tersendiri. Selain cara masaknya yang dikenal unik, bakmi Jawa juga memiliki rasa gurih yang khas hingga bisa melupakan program dietmu karena rela memakan dua porsi dan masih merasa pingin lagi. 

Bagi pecinta sensasi masakan berbahan dasar lombok, jangan mengaku sebagai pencinta masakan pedas jika belum mencoba menikmati nikmatnya "Oseng-oseng mercon". 

Kuliner ini terbuat dari daging sapi yang dicampur kikil, tulang muda, gajih, dan komponen lain dengan bumbu yang tidak hanya pedas, tapi juga bisa membuatmu ingin nangis dan ingin minum sebanyak-banyaknya. Salah satu oseng-oseng paling terkenal di Jogjakarta terletak di Jalan KH Ahmad Dahlan. Bila ingin mencoba menyantap oseng-oseng super pedas ini bawalah satu botol susu untuk menetralisir semua rasa pedasnya.

Tak kalah membuat lidah semakin bergoyang bagi penyuka kuliner olahan kambing, harus mencoba "Sate klatak" yang merupakan kuliner Jogjakarta selatan khususnya kawasan Bantul. 

Di tempat ini saya pribadi selalu membawa tamu atau saudara yang kebetulan silaturahmi ke rumah. Karena jarak yang tidak terlalu jauh pilihanku yaitu warung Pak Pong menjual sate kambing yang diolah dengan cara yang khusus. 

Sate ini ditusuk dengan penusuk besi hingga daging akan matang dari dalam. Setelah matang, daging akan diberi bumbu sesuai dengan selera, bisa kecap atau kacang. 

Satu porsi sate klatak biasanya hanya 2 tusuk saja. Dagingnya yang besar akan membuat kenyang. Biasanya pengunjung akan makan sate dengan nasi putih hangat dan satu piring gule dengan kuahnya yang sangat gurih.

Rasanya tak cukup tiga halaman menceritakan sensasi kuliner yang membuat lidah bergoyang di kota Jogjakarta ini. Ya kota yang selalu dirindu bagi siapa saja yang pernah berkunjung. 

Sudah menjadi rahasia umum jika Jogjakarta menjadi daya sedot wisata paling besar bagi orang-orang untuk berkunjung. Mulai dari Utara sampai Selatan, dari daerah Barat sampai ke Timur. 

Semua daerah memiliki potensi-potensi wisata yang membuat setiap wisatawan merasa kurang jika hanya dalam waktu singkat mengunjungi kota yang terkenal istimewa ini. Mulai dari wisata budaya, wisata alam, sampai wisata bertemakan modern dapat ditemukan di kota Jogjakarta. 

Jogja memang tak sehebat Ibu Kota, tapi kenangannya, mampu membuat siapa saja menitikkan air mata rindu, rindu ingin mengunjunginya. Jogja memang tak semegah Ibu Kota. Tapi kesederhanaannya mampu membuat siapa saja betah dan berlama-lama menikmatinya. 

Jogja memang tak segemerlap Ibu Kota, Tapi kenangannya, mampu membuat siapa saja rela meluangkan waktu untuk singgah walau sebentar. Jogjakarta, selalu menarik untuk dikisahkan. 

Dari setiap sudut kotanya punya banyak sisi romantis yang tak pernah gagal mengajak kita untuk selalu mengenang kota ini. Jogjakarta juga terbuat dari rindu, yang membuat kita selalu ingin kembali lagi. 

Setiap orang yang pernah tinggal ataupun sekedar liburan di Jogja pasti pernah merasakan kenyamanan di Jogja. Semoga Jogjyakarta tetap menjadi yang Istimewa, jangan pernah ada kerusuhan yang membuat kota ini menjadi tidak nyaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun