“Sebenarnya aku juga tidak mau mas kerja dan hidup seperti ini. Aku kerja seperti ini juga karena kepepet mas. Aku punya seorang anak yang harus aku hidupi. Apalagi aku tidak pernah sekolah, kalau tidak seperti ini bagaimana aku dan anakku bisa hidup? Aku sudah tidak punya sanak saudara lagi, orang tuaku juga sudah lama meninggal.” Tambah sari
“Tapi aku benar-benar mencintai kamu sar.. aku ikhlas terima keadaan kamu apa adanya” kata toni kepada sari
“Iya mas, aku percaya dan tahu itu. Tapi bagaimana lagi mas? Aku juga tidak mau egois mas. Aku tidak mau karena hubungan ini, keluarga mas toni jadi berantakan. Terima kasih mas, mas sudah bisa menerima semua kekurangan ku. Itu saja sudah cukup membuat aku bahagia mas” ucap sari sambil meneteskan air mata
“Tidak sari, aku tidak akan menyerah. Aku akan buktikan kepada orang tuaku kalau kamu adalah sosok pendamping yang tepat untukku nanti.” ucap toni sambil menatap mata sari dengan penuh keyakinan
Tak lama kemudian toni pun berpamitan kepada sari untuk pulang.
Sesampai dirumah suasana pun belum juga berubah.
Waktu menunjukkan pukul 1 dini hari. Toni terbangun dari tidurnya. Dia masih memikirkan semua permasalahan hidupnya. Akhirnya dia beranjak dari kasurnya untuk mengambil air wudhu dan kemudian melakukan sholat tahajud.
“Ya Allah, berikanlah aku petunjuk-Mu. Aku tidak ingin menyakiti hati orang tua ku. Aku juga tidak mau menyakiti perasaan orang yang aku cintai. Aku ikhlas terima semua kekurangannya ya Allah. Aku ingin menjadi imamnya dan membimbingnya kembali ke jalan-Mu ya Allah.” doa toni sambil menangis diakhir sholatnya
Dia kembali ketempat tidur, bukan untuk melanjutkan tidurnya tapi untuk memikirkan jalan hidupnya
“kalau aku masih seperti ini terus, maka aku tidak akan pernah bisa mewujudkan semua keinginanku. Aku harus berubah. “ kata toni dalam hati
Seorang pemuda yang dulunya adalah seorang pemalas kini menjadi seorang pria dengan rasa penuh tanggung jawab.