Mohon tunggu...
Frans Simarmata
Frans Simarmata Mohon Tunggu... Lainnya - Diaspora Indonesia

Ordinary Indonesian Diaspora in Sydney

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Formasi Khusus PNS bagi Diaspora

15 September 2018   05:51 Diperbarui: 15 September 2018   06:30 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apresiasi bagi Pemerintah Indonesia yang membuka kesempatan bagi para Diaspora-nya untuk ikut langsung berperan serta dalam menentukan arah pembangunan bangsa ini.

https://menpan.go.id/site/berita-terkini/tingkatkan-daya-saing-bangsa-pemerintah-buka-238-ribu-formasi-cpns

https://bisnis.tempo.co/read/1124245/agar-wni-diaspora-balik-pemerintah-buka-formasi-cpns-khusus

Semoga pilihan #PulangKampung dan #BaktiBangsa yang diambil BJ Habibie, Sri Mulyani Indrawati, Arcandra Tahar dan nama-nama lainnya menjadi inspirasi bagi diaspora Indonesia, yang saat ini sudah dalam comfort zone di negara mereka tinggal saat ini.

Diharapkan pula, semua kebijaksanaan dan peraturan pelaksana sudah dipersiapkan dengan baik. Jangan sampai niat baik ini, tidak disambut baik oleh para diasporanya.

Misalnya besaran gaji & tunjangan dan khususnya bagi para ilmuwan, apakah fasiltas riset juga diusahakan?

Bukannya ingin mendapat perlakuan berbeda, tetapi para Diaspora ini juga harus tetap berkarya di tanah air dan paling penting, harus membiayai keluarganya.

Kejadian di periode 1980-an, dimana banyak anak bangsa yang cerdas dikirim belajar ke luar negeri (beasiswa BPPT, IPTN dan lainnya).

Ketika mereka kembali ke tanah air, mereka frustasi dan putus asa, karena mereka tidak bisa melakukan apa yang seharusnya.

Tidak ada laboratorium, fasilitas riset dan malah mereka hanya mengerjakan tugas administrasi semata. 

Saya tidak punya datanya, tetapi berapa banyak para penerima beasiswa ini yang masih berkarya di Indonesia? Berapa banyak yang memilih membayar kembali beasiswa yang mereka terima?

Betapa sayangnya anggaran & biaya yang sudah dikeluarkan Pemerintah saat itu, tidak menghasilkan ‘return on investment ROI’ seperti harapan? 

Bayangkan, kalau pada saat itu semuanya berkarya kembali ke Indonesia, saat ini kita punya ribuan ahli dan peneliti yang bisa membawa kemajuan teknologi di Indonesia. 

Nyatanya mereka lebih memilih berkarya di Boeing dibandingkan di IPTN, atau di Universitas ternama lainnya di luar negeri.

*

Teman-teman diaspora, mudah-mudahan anda mengambil keputusan yang cermat. Ingat, ini pilihan anda sendiri dan kemungkinan adanya resistensi dari tanah air.

Bagaimana tanggapan para alumni dalam negeri yang akan bersaing dengan kalian? Belum lagi para pejabat petahana, yang akan melihat kalian sebagai potential threat bagi posisi mereka.

Satu hal lagi, belajar kembali pada kasus Danet Suryatama, Ricky Elson beberapa waktu lalu. Jangan sampai terulang kembali.

Niat baik pribadi Dahlan Iskan dan rencana mobil listrik akhirnya 'bubar jalan', karena tidak adanya dukungan penuh dari Pemerintah saat itu.

*

Selamat atas pilihan anda, dan kalaupun suatu saat anda tidak mendapatkan apa yang sudah dijanjikan sebelumnya, anda tidak akan pernah menyesal.

Anda pernah ikut serta langsung berkontribusi langsung untuk negara ini, walaupun cuma sehari saja.

(ini saya kutip dari seorang sahabat diaspora yang kembali ke tanah air).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun