Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mari Memulai Mengelola Sampah Rumah Tangga

2 Februari 2025   11:26 Diperbarui: 2 Februari 2025   11:26 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sampah makanan di dapur.(SHUTTERSTOCK/Ann Bulashenko)

Kedua, minimnya infrastruktur pendukung. Di banyak daerah, sistem pengelolaan sampah belum memadai. Tempat pembuangan akhir penuh sesak, fasilitas daur ulang terbatas, dan tidak ada mekanisme yang jelas untuk mengelola jenis sampah tertentu seperti limbah elektronik atau bahan berbahaya.

Ketiga, perilaku konsumtif. Budaya penggunaan sekali pakai membuat volume sampah meningkat drastis. Dari kemasan makanan cepat saji hingga botol minuman plastik, semua berkontribusi terhadap tumpukan sampah yang kian menggunung.

Solusi Berkelanjutan, Mengelola Sampah Mulai dari Rumah

Meski tantangannya besar, bukan berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa. Justru perubahan paling efektif dimulai dari skala terkecil rumah tangga. Konsep "Think Global, Act Local" sangat relevan di sini. Mengelola sampah rumah tangga secara bertanggung jawab bukan hanya membantu lingkungan, tetapi juga menginspirasi orang di sekitar kita untuk melakukan hal yang sama.

Salah satu prinsip dasar dalam pengelolaan sampah adalah 3R: Reduce, Reuse, Recycle.

  • Reduce berarti mengurangi produksi sampah sejak awal. Ini bisa dilakukan dengan membawa tas belanja sendiri, menggunakan botol minum isi ulang, atau memilih produk tanpa kemasan berlebihan.

  • Reuse mengajak kita untuk menggunakan kembali barang-barang yang masih layak pakai, seperti toples bekas sebagai wadah, atau baju lama yang dijadikan kain lap.

  • Recycle adalah proses mengolah sampah menjadi barang baru. Meskipun ini memerlukan sistem yang lebih kompleks, banyak komunitas di Indonesia yang sudah memulai program daur ulang skala kecil.

Lebih dari itu, pengomposan adalah solusi efektif untuk limbah organik. Sampah dapur seperti sisa sayuran, kulit buah, dan ampas kopi bisa diubah menjadi kompos yang berguna untuk tanaman. Ini bukan hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga menghasilkan pupuk alami yang kaya nutrisi.

Dampak Positif yang Bisa Kamu Rasakan

Mengelola sampah dengan benar tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada kualitas hidupmu sendiri. Rumah menjadi lebih bersih dan sehat, mengurangi risiko penyakit yang disebabkan oleh tumpukan sampah, seperti diare, demam berdarah, atau infeksi saluran pernapasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun