Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mari Memulai Mengelola Sampah Rumah Tangga

2 Februari 2025   11:26 Diperbarui: 2 Februari 2025   11:26 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sampah makanan di dapur.(SHUTTERSTOCK/Ann Bulashenko)

Bayangkan setiap bungkus plastik yang kamu buang hari ini masih akan ada di bumi ini 500 tahun ke depan. Sementara kamu mungkin sudah lama tiada, sampah itu tetap bertahan, mengapung di lautan atau terpendam di tanah, tanpa pernah benar-benar hilang. Itulah kenyataan pahit yang jarang kita sadari dalam rutinitas sehari-hari. Sampah rumah tangga, yang sering kali dianggap sepele, sebenarnya adalah potongan puzzle besar dalam krisis lingkungan global.

Dalam hiruk-pikuk kehidupan modern, kita cenderung mengabaikan nasib dari sisa-sisa yang kita buang. Mulai dari kantong plastik bekas belanja, sisa makanan, hingga botol minuman sekali pakai semuanya mengalir keluar dari rumah kita dan berakhir entah di mana. Tapi, pernahkah kamu bertanya, ke mana sebenarnya sampah itu pergi setelah keluar dari tong sampah di sudut dapurmu? Jawabannya sering kali lebih rumit dari yang kita kira.

Pengelolaan sampah rumah tangga bukan hanya soal memilah dan membuang. Ini adalah tentang bagaimana kita, sebagai individu, berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan. Mari kita gali lebih dalam, memahami akar masalah, dan menemukan solusi yang bisa dimulai dari rumah kita sendiri.

Mengapa Sampah Rumah Tangga Menjadi Masalah yang Serius?

Setiap hari, jutaan rumah tangga di seluruh dunia menghasilkan limbah dalam jumlah yang luar biasa. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, pada tahun 2021 saja, Indonesia menghasilkan lebih dari 67 juta ton sampah, di mana sekitar 60% berasal dari rumah tangga. Ironisnya, sebagian besar dari sampah ini berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) tanpa proses daur ulang yang memadai.

Masalahnya bukan hanya pada jumlahnya yang besar, tetapi juga pada cara kita mengelolanya. Sampah yang tidak terkelola dengan baik bisa menyebabkan berbagai krisis, mulai dari pencemaran tanah, air, hingga udara. Pembuangan sampah organik yang tidak tepat, misalnya, dapat menghasilkan gas metana gas rumah kaca yang jauh lebih kuat dibandingkan karbon dioksida dan berkontribusi pada perubahan iklim.

Selain itu, sampah plastik yang tidak terurai selama ratusan tahun menjadi ancaman besar bagi ekosistem laut. Penelitian dari Jurnal Science (2015) menunjukkan bahwa Indonesia adalah penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia yang mencemari lautan, setelah Tiongkok. Sampah-sampah ini tidak hanya merusak pemandangan, tetapi juga membunuh jutaan hewan laut setiap tahunnya.

Mengupas Akar Masalah Mengapa Kita Sulit Mengelola Sampah?

Mengapa, di tengah segala kemajuan teknologi dan kesadaran lingkungan yang terus meningkat, pengelolaan sampah rumah tangga tetap menjadi tantangan? Jawabannya terletak pada beberapa faktor yang saling berkaitan.

Pertama, kurangnya kesadaran. Banyak orang berpikir bahwa begitu sampah keluar dari rumah, itu bukan lagi tanggung jawab mereka. Padahal, sampah tidak menghilang begitu saja. Ia berpindah tempat, sering kali menuju tempat yang berdampak buruk bagi lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun