Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Pentingnya Memberi Apresiasi untuk Hasil Kerja Anak

27 Januari 2025   19:29 Diperbarui: 27 Januari 2025   19:29 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua dan anak.(Dok. Shutterstock/220 Selfmade studio)

Sebagai orang tua, kamu pasti menginginkan yang terbaik untuk anakmu. Membesarkan anak tidak hanya tentang memenuhi kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian, atau pendidikan, tetapi juga tentang memberikan dukungan emosional yang tak ternilai. Salah satu bentuk dukungan emosional yang sering kali dianggap sepele adalah apresiasi. Padahal, memberi apresiasi terhadap hasil kerja anak memiliki dampak besar dalam membangun karakter mereka.

Namun, mengapa apresiasi ini begitu penting? Apakah benar bahwa sekadar kata-kata sederhana seperti "kamu hebat" atau "terima kasih" bisa memengaruhi masa depan anak? Untuk memahami pentingnya hal ini, mari kita menggali lebih dalam tentang apa itu apresiasi, bagaimana caranya memengaruhi psikologi anak, dan apa yang terjadi jika apresiasi ini tidak diberikan dengan bijak.

Apresiasi Lebih dari Sekadar Pujian

Banyak orang menganggap apresiasi sebagai pujian semata. Padahal, apresiasi lebih dari itu. Apresiasi adalah bentuk pengakuan dan penghargaan atas usaha seseorang, dalam hal ini anak, dalam mencapai sesuatu. Bentuknya tidak selalu berupa kata-kata. Senyuman, tepukan di bahu, atau sekadar mendengarkan cerita mereka dengan penuh perhatian juga merupakan bentuk apresiasi.

Dalam kehidupan anak, apresiasi adalah bahan bakar utama yang mendorong mereka untuk terus mencoba dan berkembang. Ketika anak merasa dihargai atas apa yang mereka lakukan, rasa percaya diri mereka bertumbuh, dan motivasi mereka untuk menghadapi tantangan pun meningkat. Sebaliknya, anak yang jarang menerima apresiasi cenderung merasa tidak dihargai, yang pada akhirnya dapat menurunkan semangat mereka untuk berusaha.

Dampak Psikologis Apresiasi pada Anak

Dari sudut pandang psikologi, anak-anak adalah individu yang sedang dalam proses pembentukan identitas. Mereka belajar memahami dunia dan menilai diri sendiri melalui interaksi dengan lingkungan, terutama dengan orang tua. Dalam proses ini, apresiasi memainkan peran sentral.

Misalnya, ketika seorang anak menunjukkan hasil gambarnya kepada kamu, responsmu akan membentuk cara dia memandang dirinya sendiri. Jika kamu mengatakan, "Wow, gambarmu bagus sekali. Mama bangga dengan usahamu," anak akan merasa dihargai atas upaya yang telah mereka lakukan. Ini membuat mereka percaya bahwa usaha mereka berarti dan dihargai.

Sebaliknya, jika respons yang diterima anak adalah ketidakpedulian atau kritik yang tidak membangun, seperti "Ah, gambarmu belum rapi. Coba lagi," anak bisa merasa gagal dan kehilangan motivasi untuk mencoba lagi. Kondisi ini bisa berdampak jangka panjang, membuat anak takut mengambil risiko atau merasa tidak cukup baik.

Menghargai Proses, Bukan Hanya Hasil

Banyak orang tua yang cenderung fokus pada hasil akhir dibandingkan proses. Hal ini sebenarnya kurang tepat. Dalam dunia yang serba kompetitif saat ini, anak-anak sudah terbebani dengan ekspektasi tinggi dari lingkungan mereka. Menambahkan tekanan dengan hanya menghargai hasil akhir, seperti nilai bagus atau kemenangan, dapat membuat anak merasa tertekan dan kehilangan makna dari usaha yang mereka lakukan.

Sebaliknya, menghargai proses membantu anak untuk memahami bahwa usaha yang mereka lakukan adalah sesuatu yang bernilai. Sebagai contoh, jika anakmu sedang belajar bermain piano dan melakukan kesalahan saat memainkan sebuah lagu, respons seperti, "Mama senang kamu terus berusaha. Kamu semakin bagus setiap kali mencoba," akan jauh lebih berarti dibandingkan hanya memuji ketika mereka berhasil memainkan lagu dengan sempurna.

Pendekatan ini juga membantu anak untuk belajar menerima kegagalan. Mereka akan memahami bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar, bukan sesuatu yang harus ditakuti.

Tantangan dalam Memberi Apresiasi

Meskipun memberi apresiasi terdengar sederhana, kenyataannya tidak selalu mudah. Ada beberapa tantangan yang sering dihadapi oleh orang tua dalam hal ini.

Pertama, banyak orang tua yang khawatir jika terlalu banyak memberi pujian, anak akan menjadi sombong atau terlalu bergantung pada validasi eksternal. Kekhawatiran ini memang valid, tetapi solusinya bukan dengan mengurangi apresiasi, melainkan dengan memberikan apresiasi yang tepat. Fokuskan pada usaha, ketekunan, dan proses yang dilakukan anak, bukan hanya pada hasil akhir.

Kedua, dalam situasi tertentu, orang tua mungkin merasa sulit untuk menemukan hal yang bisa diapresiasi, terutama jika hasil kerja anak jauh dari harapan. Dalam kasus ini, penting untuk menggali lebih dalam dan menemukan hal positif yang bisa dihargai, sekecil apa pun itu. Misalnya, jika anak gagal dalam sebuah kompetisi, kamu tetap bisa memuji keberanian mereka untuk berpartisipasi dan usaha yang telah mereka lakukan.

Bukti Ilmiah tentang Pentingnya Apresiasi

Penelitian telah menunjukkan bahwa apresiasi memiliki dampak positif pada perkembangan anak. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Child Development menemukan bahwa anak-anak yang menerima apresiasi secara konsisten dari orang tua mereka cenderung memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi dan lebih berprestasi di sekolah.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Carol Dweck, seorang psikolog terkenal, menunjukkan bahwa pujian yang berfokus pada usaha anak dapat mendorong mereka untuk mengembangkan apa yang disebut "growth mindset". Anak dengan pola pikir ini percaya bahwa kemampuan mereka dapat berkembang melalui kerja keras dan dedikasi, sehingga mereka lebih tahan terhadap kegagalan dan lebih bersemangat untuk belajar.

Sebaliknya, anak-anak yang jarang menerima apresiasi cenderung memiliki "fixed mindset", yaitu keyakinan bahwa kemampuan mereka bersifat tetap dan tidak dapat diubah. Pola pikir ini sering kali membuat anak enggan mencoba hal-hal baru karena takut gagal.

Apresiasi yang Bijak dan Bermakna

Dalam memberikan apresiasi, penting untuk menjaga keseimbangan agar penghargaan yang diberikan tidak kehilangan maknanya. Terlalu banyak pujian atau pujian yang tidak tulus justru bisa menjadi kontra-produktif. Anak-anak adalah individu yang cerdas secara emosional, dan mereka bisa merasakan apakah apresiasi yang diberikan kepada mereka tulus atau sekadar basa-basi.

Selain itu, apresiasi yang efektif harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakter anak. Setiap anak unik, dan apa yang berhasil untuk satu anak mungkin tidak berhasil untuk anak lainnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenal anak mereka dengan baik dan memahami apa yang paling memotivasi mereka.

Penutup

Memberi apresiasi kepada anak bukan hanya tentang membuat mereka merasa senang. Lebih dari itu, apresiasi adalah investasi jangka panjang dalam membangun karakter, rasa percaya diri, dan motivasi anak. Dengan memberikan penghargaan yang tulus dan bijak, kamu membantu anak untuk tumbuh menjadi individu yang percaya diri, tahan banting, dan penuh semangat dalam menghadapi tantangan hidup.

Di tengah kesibukan sehari-hari, jangan lupa untuk meluangkan waktu sejenak untuk menghargai setiap usaha kecil yang dilakukan anakmu. Karena di balik setiap langkah kecil yang mereka ambil, ada perjalanan besar menuju masa depan yang cerah. Dan kamu, sebagai orang tua, memiliki peran penting dalam perjalanan tersebut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun