Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memilih Sharenting dengan Bijak dan Menjaga Privasi Anak

26 Januari 2025   16:01 Diperbarui: 26 Januari 2025   16:01 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sharenting Anak.Freepik.com

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan media sosial, sebuah fenomena baru muncul di kalangan orang tua modern, yakni sharenting. Istilah ini mengacu pada kebiasaan membagikan momen pengasuhan, foto, hingga informasi pribadi tentang anak di platform digital. Meski sekilas terlihat seperti cara untuk membangun kenangan atau menunjukkan kebahagiaan keluarga, sharenting menyimpan sejumlah implikasi yang perlu diperhatikan secara serius.

Di balik kehangatan dan kebahagiaan yang dibagikan melalui unggahan media sosial, ada tanggung jawab besar yang menyertainya. Orang tua tidak hanya berperan sebagai pelindung di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya, tempat di mana jejak digital akan terus ada dan bisa berdampak pada masa depan anak.

Namun, apakah semua orang tua benar-benar memahami konsekuensi dari setiap unggahan mereka? Apakah tindakan tersebut mendukung tumbuh kembang anak, atau justru bisa menjadi masalah di kemudian hari? Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai dampak sharenting, baik positif maupun negatif, serta memberikan wawasan tentang bagaimana kamu bisa lebih bijak dalam melakukannya.

Fenomena Sharenting di Era Digital

Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Platform seperti Instagram, Facebook, atau TikTok mempermudah kita untuk berbagi cerita, foto, dan video dengan orang lain. Di sisi lain, kecenderungan untuk berbagi kebahagiaan keluarga, termasuk mengenai anak-anak, juga semakin meningkat.

Sebagian besar orang tua menganggap sharenting sebagai cara untuk mengabadikan momen, berbagi pengalaman pengasuhan, atau bahkan sebagai bentuk dukungan sosial. Namun, di tengah popularitasnya, praktik ini memunculkan berbagai kekhawatiran terkait privasi, keamanan, dan dampak psikologis bagi anak.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Pew Research Center pada tahun 2019 mengungkapkan bahwa 42% orang tua di Amerika Serikat membagikan informasi tentang anak-anak mereka secara online. Di Indonesia, tren ini tidak jauh berbeda, terutama dengan tingginya tingkat pengguna media sosial di kalangan masyarakat.

Namun, angka tersebut hanya menggambarkan permukaan dari isu yang lebih kompleks. Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa setiap unggahan tentang anak mereka dapat menjadi jejak digital yang sulit dihapus.

Masalah Privasi Anak di Era Sharenting

Privasi adalah salah satu hak mendasar yang sering kali terabaikan ketika orang tua memutuskan untuk membagikan informasi tentang anak di internet. Anak-anak, terutama yang masih kecil, tidak memiliki kemampuan untuk memberikan persetujuan atas informasi apa pun yang diunggah oleh orang tua mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun