Kekerasan oleh atasan tidak dapat dipisahkan dari konteks diskriminasi. Diskriminasi di tempat kerja terjadi ketika individu diperlakukan tidak adil berdasarkan karakteristik tertentu, seperti gender, ras, usia, atau status pekerjaan. Ketika atasan menggunakan kekerasan untuk menunjukkan dominasinya, mereka menegaskan ketimpangan kekuasaan yang sering kali didasarkan pada stereotip atau bias tertentu.
Sebagai contoh, karyawan perempuan sering kali menjadi korban kekerasan verbal dengan komentar seksis yang merendahkan kemampuan mereka. Karyawan muda, di sisi lain, kerap dianggap kurang berpengalaman dan diperlakukan dengan cara yang tidak adil. Ketidakadilan ini bukan hanya melukai korban secara individual, tetapi juga menciptakan budaya kerja yang eksklusif dan tidak sehat.
Kekerasan oleh atasan adalah cara untuk mempertahankan status quo di mana mereka merasa memiliki kendali penuh atas kehidupan profesional bawahan mereka. Ini adalah bentuk diskriminasi struktural yang hanya dapat diatasi dengan perubahan mendasar dalam cara kita memandang kekuasaan dan hierarki di tempat kerja.
Dampak Kekerasan oleh Atasan
Kekerasan di tempat kerja memiliki konsekuensi yang jauh melampaui lingkungan kantor. Dampaknya bersifat multidimensional, mencakup aspek psikologis, sosial, dan ekonomi.
Dari sisi psikologis, korban kekerasan sering kali mengalami stres kronis, kecemasan, dan bahkan depresi. Mereka merasa tidak dihargai, kehilangan rasa percaya diri, dan enggan untuk berkontribusi secara maksimal. Hal ini pada akhirnya memengaruhi produktivitas mereka, yang juga merugikan perusahaan.
Dampak sosialnya juga signifikan. Kekerasan di tempat kerja dapat menciptakan suasana yang toksik, di mana karyawan merasa tidak aman dan tidak nyaman. Ini juga dapat memengaruhi hubungan antarindividu di tempat kerja, menciptakan ketegangan yang merusak kerja sama tim.
Secara ekonomi, perusahaan yang gagal menangani kekerasan menghadapi risiko kehilangan karyawan berbakat. Ketika lingkungan kerja tidak mendukung, karyawan cenderung mencari peluang di tempat lain. Selain itu, reputasi perusahaan dapat tercoreng, yang pada akhirnya memengaruhi daya tariknya bagi calon pekerja maupun pelanggan.
Bagaimana Mengatasi Kekerasan oleh Atasan?
Mengatasi kekerasan oleh atasan memerlukan pendekatan yang holistik. Perusahaan harus terlebih dahulu menyadari bahwa kekerasan bukanlah masalah individu semata, melainkan masalah struktural yang membutuhkan kebijakan tegas. Salah satu langkah awal yang penting adalah menciptakan sistem pelaporan yang aman dan anonim, sehingga karyawan merasa nyaman untuk melaporkan kekerasan tanpa takut akan dampak negatif.
Selain itu, edukasi adalah kunci. Perusahaan perlu memberikan pelatihan kepada atasan dan karyawan tentang pentingnya menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan bebas kekerasan. Pelatihan ini harus mencakup bagaimana mengidentifikasi dan menangani kekerasan di tempat kerja, serta pentingnya menjaga etika profesional.