Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Membimbing Anak Untuk Menyeimbangkan Emosi

20 Januari 2025   20:05 Diperbarui: 20 Januari 2025   20:05 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Membimbing Anak.Pixabay.com/IqbalStock 

Mengenali emosi adalah langkah awal untuk menyeimbangkan perasaan. Anak yang tidak diajarkan untuk mengenali emosinya cenderung merasa bingung atau frustrasi ketika menghadapi situasi sulit. Mereka mungkin merasa bahwa menangis adalah tanda kelemahan, atau bahwa marah adalah sesuatu yang harus disembunyikan.

Sebaliknya, ketika anak diajarkan untuk memahami emosi mereka, mereka akan lebih mudah menerima perasaan tersebut tanpa merasa terbebani. Misalnya, ketika anak merasa sedih karena tidak bisa bermain dengan teman-temannya, kamu bisa mengatakan, “Kamu sedih, ya, karena tidak bisa bermain. Itu wajar, kok. Sedih adalah perasaan yang normal.” Dengan cara ini, anak merasa divalidasi dan mulai memahami bahwa perasaan mereka berharga.

Menciptakan Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan yang aman secara emosional adalah fondasi bagi anak untuk belajar menyeimbangkan emosinya. Ketika anak merasa diterima tanpa penilaian, mereka cenderung lebih terbuka untuk berbagi perasaan dan mencari bantuan ketika membutuhkannya.

Salah satu cara menciptakan lingkungan yang mendukung adalah dengan membangun rutinitas harian yang konsisten. Anak-anak, terutama yang masih kecil, merasa lebih aman ketika mereka tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Rutinitas seperti waktu makan bersama, jam tidur yang teratur, atau waktu khusus untuk bermain dapat membantu anak merasa stabil secara emosional.

Interaksi positif juga menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan yang sehat secara emosional. Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Harvard Center on the Developing Child menemukan bahwa interaksi hangat antara anak dan orang tua dapat memperkuat hubungan emosional anak sekaligus meningkatkan perkembangan otak mereka.

Cara Mengelola Konflik Secara Konstruktif

Konflik adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan, bahkan dalam hubungan orang tua dan anak. Namun, cara kita menangani konflik sangat memengaruhi bagaimana anak belajar mengelola emosi mereka sendiri.

Misalnya, ketika anakmu marah karena tidak diizinkan menonton televisi lebih lama, kamu mungkin tergoda untuk segera menghentikan amarah mereka dengan hukuman. Namun, pendekatan ini justru dapat membuat anak merasa bahwa emosi mereka tidak dihargai. Sebaliknya, kamu bisa mengakui perasaan mereka dengan mengatakan, “Aku tahu kamu kesal karena tidak bisa menonton TV lebih lama. Tapi kita harus tidur cukup agar tubuhmu tetap sehat.”

Pendekatan seperti ini tidak hanya menunjukkan empati, tetapi juga membantu anak memahami alasan di balik aturan yang kamu terapkan. Dalam jangka panjang, mereka akan belajar untuk mengelola frustrasi dengan cara yang lebih sehat.

 Pengelolaan Emosi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun