Bukti dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa pendekatan yang seimbang antara kelembutan dan ketegasan memiliki dampak positif terhadap perkembangan anak. Misalnya, sebuah studi dari American Psychological Association (APA) menyebutkan bahwa anak yang dibesarkan dengan pola asuh demokratis---yang merupakan perpaduan kelembutan dan ketegasan---lebih mungkin mengembangkan kemampuan sosial, emosional, dan akademik yang baik.
Pola asuh ini membantu anak memahami batasan tanpa merasa terkekang. Ketika anak merasa dihormati dan dicintai, mereka cenderung lebih terbuka untuk menerima aturan. Sebaliknya, ketika aturan ditegakkan dengan cara yang lembut namun konsisten, anak akan melihatnya sebagai panduan, bukan hukuman.
Tantangan dalam Menerapkan Pendekatan Lembut Namun Tegas
Salah satu tantangan terbesar dalam menerapkan pendekatan ini adalah menjaga konsistensi. Tidak jarang, emosi seperti lelah, marah, atau frustrasi membuat orang tua kehilangan kendali dan beralih ke pendekatan yang lebih keras atau sebaliknya, menyerah pada permintaan anak.
Sebagai contoh, ketika anak menolak makan malam dan terus-menerus meminta camilan, beberapa orang tua mungkin langsung menyerah dan memberikan apa yang diminta anak demi menghindari keributan. Namun, sikap seperti ini justru mengirimkan pesan yang salah: anak belajar bahwa tangisan atau rengekan bisa digunakan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Sebaliknya, orang tua yang terlalu tegas mungkin langsung memarahi anak tanpa mendengarkan alasan di balik perilaku tersebut. Hal ini dapat merusak hubungan emosional antara orang tua dan anak.
Menerapkan Pola Asuh dengan Bukti dan Kasih Sayang
Langkah pertama dalam mendidik anak dengan lembut namun tegas adalah memahami bahwa pola asuh bukanlah proses instan. Ini adalah perjalanan panjang yang memerlukan kesabaran, pemahaman, dan refleksi diri.
Salah satu cara efektif untuk memulai adalah dengan berkomunikasi secara terbuka dengan anak. Ketika anak memahami alasan di balik aturan, mereka lebih mungkin untuk menghormatinya. Misalnya, jika anak diminta untuk tidur lebih awal, jelaskan bahwa ini penting agar mereka dapat bangun dengan segar dan siap menghadapi hari esok.
Selain itu, konsistensi adalah kunci utama. Jika kamu menetapkan aturan, pastikan untuk menegakkannya secara konsisten. Anak membutuhkan struktur untuk merasa aman, dan inkonsistensi hanya akan membingungkan mereka.
Pendekatan ini juga memerlukan apresiasi terhadap usaha anak, bukan hanya hasilnya. Ketika anak merasa dihargai atas usaha mereka, mereka akan lebih termotivasi untuk terus berusaha. Misalnya, jika anak mencoba merapikan mainannya meskipun belum sempurna, berikan pujian atas usaha mereka. Hal ini akan memperkuat perilaku positif mereka.