Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keluarga Sebagai Pilar Utama Kesehatan Mental Gen Z

14 Januari 2025   19:04 Diperbarui: 14 Januari 2025   17:04 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Keluarga Harmonis.Pixabay.com/AlisaDyson 

Generasi Z, atau yang sering disebut Gen Z, lahir dalam era transformasi besar-besaran. Mereka adalah generasi yang tumbuh dengan teknologi canggih, paparan media sosial tanpa batas, dan dunia yang semakin kompetitif. Namun, di balik kemampuan adaptasi mereka terhadap perubahan ini, Gen Z menghadapi tantangan besar terhadap kesehatan mentalnya. Tekanan sosial, ekspektasi tinggi, hingga disrupsi global seperti pandemi, telah menjadikan generasi ini kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan mental.

Dalam menghadapi tantangan ini, keluarga memegang peran yang tidak tergantikan. Keluarga, sebagai lingkungan pertama dalam kehidupan seorang individu, membentuk landasan emosional dan psikologis yang akan berdampak sepanjang hidup. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana keluarga menjadi faktor utama dalam menjaga kesehatan mental Gen Z, mengurai tantangan yang mereka hadapi, serta memberikan bukti nyata mengapa peran keluarga sangat penting untuk mengatasi masalah ini.

Tekanan yang Dihadapi Gen Z

Gen Z tumbuh dalam situasi yang sangat berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Paparan teknologi yang masif sejak usia dini membawa perubahan besar dalam cara mereka berinteraksi dengan dunia. Salah satu tantangan terbesar adalah tekanan dari media sosial. Berbagai studi menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan sering kali terkait dengan meningkatnya tingkat kecemasan, depresi, dan perasaan tidak percaya diri.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Adolescence pada tahun 2020 menemukan bahwa penggunaan media sosial yang intensif dapat memicu perasaan isolasi sosial. Gen Z sering kali membandingkan diri mereka dengan kehidupan ideal yang ditampilkan di media sosial, yang pada akhirnya menciptakan tekanan untuk menjadi sempurna.

Tidak hanya itu, ekspektasi tinggi dalam dunia pendidikan dan pekerjaan juga menjadi beban tambahan. Dalam banyak kasus, Gen Z merasa terjebak dalam siklus kompetisi tanpa akhir. Mereka harus menghadapi tekanan untuk meraih kesuksesan akademik, memilih karier yang stabil, dan mengikuti perkembangan teknologi yang selalu berubah. Di tengah semua ini, dukungan keluarga menjadi komponen penting yang dapat mengurangi beban mental tersebut.

Peran Keluarga dalam Membentuk Kesehatan Mental

Keluarga adalah tempat pertama di mana seseorang belajar tentang cinta, dukungan, dan rasa aman. Bagi Gen Z, keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung utama yang dapat memberikan stabilitas emosional di tengah dunia yang penuh ketidakpastian.

Ketika seorang anak merasa didukung oleh keluarganya, mereka akan lebih mampu menghadapi tekanan dari lingkungan eksternal. Keluarga yang menyediakan ruang untuk berbicara tanpa rasa takut atau dihakimi membantu Gen Z mengatasi emosi negatif seperti kecemasan dan kesedihan. Sebaliknya, jika keluarga tidak memberikan dukungan yang memadai atau justru menjadi sumber konflik, risiko gangguan kesehatan mental akan meningkat.

Misalnya, sebuah penelitian dari American Psychological Association menunjukkan bahwa hubungan keluarga yang harmonis dapat menurunkan risiko depresi pada remaja hingga 40%. Hal ini menegaskan bahwa keluarga yang penuh kasih sayang, dengan komunikasi yang baik, dapat menjadi benteng utama bagi kesehatan mental seorang individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun