Fenomena ini tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga berdampak pada kualitas air untuk kebutuhan manusia. Air yang telah tercemar oleh limbah rumah tangga sering kali menjadi tidak layak untuk diminum atau digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Bahkan, di beberapa wilayah, pencemaran air menyebabkan krisis air bersih yang semakin sulit diatasi.
Sampah Rumah Tangga di Indonesia
Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sekitar 64 juta ton sampah dihasilkan setiap tahun di Indonesia, dengan sekitar 60 persen di antaranya berasal dari rumah tangga. Lebih dari separuh sampah tersebut adalah sampah organik, sementara sisanya terdiri dari plastik, kertas, logam, dan bahan lainnya.
Sayangnya, sekitar 24 persen dari total sampah tersebut tidak terkelola dengan baik. Banyak di antaranya berakhir di sungai, pantai, atau lautan. Indonesia bahkan dikenal sebagai salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia yang mencemari lautan. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi negara ini.
Dampaknya tidak hanya terlihat pada pencemaran air, tetapi juga pada berbagai aspek lainnya. Di perkotaan, saluran air sering tersumbat oleh sampah rumah tangga, yang menyebabkan banjir. Selain itu, biaya pengolahan air bersih menjadi semakin tinggi karena kualitas air yang buruk akibat pencemaran.
Mengapa Sampah Rumah Tangga Menjadi Masalah Besar?
Ada beberapa faktor yang membuat sampah rumah tangga menjadi masalah besar dalam pencemaran lingkungan, khususnya air. Salah satunya adalah minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah.Â
Banyak orang yang masih membuang sampah sembarangan tanpa memikirkan dampaknya pada lingkungan. Hal ini diperburuk oleh kurangnya fasilitas dan infrastruktur untuk pengelolaan sampah, terutama di wilayah pedesaan atau pinggiran kota.
Selain itu, pola konsumsi masyarakat juga menjadi salah satu penyebab utama. Penggunaan plastik sekali pakai, misalnya, telah menjadi bagian dari gaya hidup modern yang sulit dihindari. Plastik-plastik ini, setelah digunakan, sering kali tidak dikelola dengan baik dan akhirnya mencemari lingkungan.
Dari sisi regulasi, meskipun pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah ini, implementasinya masih jauh dari optimal.Â
Peraturan mengenai pengelolaan sampah sering kali tidak dipatuhi, baik oleh masyarakat maupun pelaku usaha. Tanpa penegakan hukum yang tegas, masalah ini akan terus berlarut-larut.