Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengulik Keuntungan dan Kerugian Indonesia Setelah Bergabung dengan BRICS

11 Januari 2025   08:32 Diperbarui: 11 Januari 2025   08:37 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan Anggota Brics. (RIA NOVOSTI/ALEXEI DANICHEV via BRICS RUSSIA 2024)

Namun, di balik peluang tersebut, terdapat tantangan yang mungin terjadi dan tidak bisa diabaikan. Salah satunya adalah ketimpangan ekonomi di antara anggota BRICS. Tiongkok, sebagai ekonomi terbesar di kelompok ini, memiliki pengaruh yang sangat dominan. Ketergantungan yang terlalu besar pada Tiongkok dapat memunculkan risiko, terutama jika terjadi perlambatan ekonomi di negara tersebut. Selain itu, kemampuan Indonesia untuk bersaing dengan anggota BRICS lainnya dalam menarik investasi juga menjadi pertanyaan besar.

Data menunjukkan bahwa India, Brasil, dan Rusia memiliki daya tarik investasi yang cukup tinggi di sektor-sektor tertentu. Jika Indonesia tidak mampu menawarkan insentif yang kompetitif, peluang yang tersedia dari BRICS mungkin akan lebih banyak dinikmati oleh negara lain.

Dinamika Hubungan dengan Negara-negara Barat

Langkah Indonesia untuk bergabung dengan BRICS juga harus dilihat dalam konteks hubungannya dengan negara-negara Barat. Selama ini, ekonomi Indonesia sangat bergantung pada investasi asing langsung dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa. Bahkan, banyak proyek besar di Indonesia, mulai dari pengembangan energi terbarukan hingga teknologi digital, didanai oleh investor Barat.

Dengan bergabungnya Indonesia ke BRICS, ada kemungkinan negara-negara Barat akan mengubah pendekatannya terhadap Indonesia. Beberapa analis menyebut bahwa langkah ini bisa memengaruhi hubungan dagang dan diplomasi, terutama jika kebijakan BRICS secara langsung bertentangan dengan kepentingan Barat.

Misalnya, inisiatif BRICS untuk mengurangi dominasi dolar AS dalam perdagangan global dapat memengaruhi stabilitas mata uang rupiah. Dalam sistem perdagangan internasional saat ini, dolar AS masih menjadi mata uang utama yang digunakan Indonesia, baik dalam ekspor maupun impor. Jika kebijakan ini tidak dikelola dengan baik, dampaknya bisa dirasakan oleh pelaku bisnis dan masyarakat luas.

Peran Strategis Indonesia di BRICS

Sebagai anggota baru, Indonesia memiliki kesempatan untuk memainkan peran penting dalam menentukan arah masa depan BRICS. Posisi Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara memberikan nilai strategis yang tidak dimiliki anggota lainnya. Dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dan pertumbuhan ekonomi yang stabil, Indonesia dapat menjadi jembatan antara BRICS dan kawasan Asia Tenggara.

Namun, untuk memanfaatkan posisi ini, Indonesia harus mampu menyelaraskan kepentingan nasional dengan visi kolektif BRICS. Dalam beberapa kasus, konflik kepentingan di antara anggota BRICS dapat menjadi tantangan. Misalnya, Rusia dan Tiongkok memiliki agenda politik yang cukup kuat di dalam organisasi ini, yang kadang-kadang berbenturan dengan nilai-nilai demokrasi yang dipegang Indonesia.

Indonesia juga perlu memperkuat diplomasi ekonomi untuk memastikan bahwa suaranya didengar dalam pengambilan keputusan strategis. Dalam organisasi multilateral seperti BRICS, pengaruh sering kali ditentukan oleh kontribusi ekonomi dan diplomatik yang diberikan oleh setiap anggota. Jika Indonesia ingin menjadi pemain utama, maka komitmen dan kehadiran aktif dalam setiap forum BRICS menjadi keharusan.

Mengelola Risiko dan Tantangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun