Masalah lain yang dihadapi petani adalah kesulitan mengakses pasar secara langsung. Sebagian besar petani menjual hasil panen mereka melalui tengkulak, yang sering kali menetapkan harga jauh di bawah nilai sebenarnya. AI dapat membantu menyelesaikan masalah ini dengan menyediakan platform digital yang menghubungkan petani langsung dengan pembeli.
Namun, tantangan di sini adalah kurangnya literasi digital di kalangan petani kecil. Sebagian besar petani masih belum terbiasa menggunakan teknologi, sehingga adopsi sistem seperti ini memerlukan pelatihan dan pendampingan yang intensif.
AI sebagai Solusi Apa yang Harus Dilakukan?
Untuk menerapkan teknologi AI secara efektif di sektor pertanian Indonesia, dibutuhkan pendekatan yang menyeluruh. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada.
Pertama, pemerintah harus memastikan infrastruktur digital tersedia di seluruh wilayah, termasuk daerah pedesaan yang terpencil. Proyek seperti Palapa Ring yang bertujuan menyediakan akses internet ke seluruh pelosok Indonesia adalah langkah awal yang baik. Dengan akses internet yang merata, teknologi berbasis AI akan lebih mudah diadopsi.
Kedua, sektor swasta perlu mengembangkan solusi AI yang terjangkau dan mudah digunakan oleh petani kecil. Solusi ini tidak harus berupa teknologi canggih yang rumit, tetapi cukup sederhana dan relevan dengan kebutuhan petani sehari-hari. Misalnya, aplikasi yang dapat memberikan panduan sederhana tentang waktu tanam atau informasi harga pasar.
Ketiga, institusi pendidikan dan pelatihan perlu dilibatkan untuk memberikan pemahaman kepada petani tentang pentingnya teknologi. Pelatihan-pelatihan ini bisa menjadi sarana untuk mengubah pola pikir petani yang selama ini cenderung skeptis terhadap teknologi modern.
Contoh Implementasi AI di Negara Lain
Kita dapat belajar dari India, yang memiliki kondisi serupa dengan Indonesia. Di India, beberapa perusahaan rintisan telah mengembangkan aplikasi berbasis AI untuk membantu petani kecil. Salah satunya adalah aplikasi yang memungkinkan petani memotret tanaman mereka untuk mendeteksi gejala penyakit. Dengan menggunakan teknologi pengenalan gambar, aplikasi ini dapat memberikan diagnosa dalam hitungan detik dan merekomendasikan tindakan pencegahan.
Selain itu, di Eropa, teknologi AI telah digunakan untuk mengelola irigasi secara otomatis. Sistem ini bekerja dengan mengumpulkan data tentang kelembapan tanah dan kebutuhan air tanaman, kemudian mengatur jumlah air yang diberikan secara presisi. Teknologi seperti ini dapat menghemat penggunaan air hingga 30%, yang sangat relevan untuk Indonesia, terutama di daerah yang sering mengalami kekeringan.
Kesimpulan