Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengulik Lebih Dalan Buta Warna pada Anak dan Cara Menghindarinya

6 Januari 2025   16:39 Diperbarui: 6 Januari 2025   16:39 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tes Buta Wana. Dok Kompas.com

Buta warna bukan hanya soal kesulitan membedakan warna, tetapi juga membawa tantangan emosional dan sosial. Dalam dunia pendidikan, misalnya, sistem pembelajaran sering kali menggunakan warna sebagai bagian dari metode mengajar, baik melalui grafik, peta, atau bahkan penandaan dalam ujian. Anak yang mengalami buta warna mungkin merasa frustrasi karena tidak mampu mengikuti instruksi guru seperti teman-temannya.

Kondisi ini dapat membuat anak merasa minder atau takut dianggap “berbeda.” Anak mungkin menghindari tugas-tugas tertentu atau bahkan menunjukkan sikap defensif ketika diminta mengidentifikasi warna. Tidak jarang, mereka mendapat komentar negatif dari teman sebaya, yang dapat memperburuk rasa percaya diri.

Lebih jauh lagi, ketidaktahuan tentang buta warna dapat berdampak pada pilihan karier di masa depan. Beberapa profesi, seperti pilot, desainer grafis, atau teknisi listrik, memerlukan penglihatan warna yang sempurna. Jika kondisi ini tidak teridentifikasi sejak dini, anak bisa kehilangan kesempatan untuk mempersiapkan diri pada bidang-bidang yang lebih cocok dengan kemampuannya.

Cara Mendiagnosis Buta Warna pada Anak

Salah satu alasan mengapa buta warna sering terabaikan adalah karena tidak adanya tanda-tanda fisik yang jelas. Orang tua sering kali baru menyadari adanya masalah ketika anak mulai menunjukkan kesulitan dalam aktivitas tertentu, seperti menggambar atau belajar membaca warna.

Tes Ishihara adalah metode yang paling umum dan sering digunakan untuk  mendeteksi buta warna. Tes ini melibatkan pola-pola berbentuk lingkaran yang terdiri dari titik-titik berwarna. Di dalam lingkaran tersebut terdapat angka atau bentuk tertentu yang hanya bisa dilihat oleh individu dengan penglihatan warna normal. Jika anak kesulitan melihat angka tersebut, ada kemungkinan mereka mengalami buta warna.

Selain itu, konsultasi dengan dokter spesialis mata juga sangat dianjurkan. Dengan pemeriksaan yang lebih mendalam, dokter dapat menentukan tingkat keparahan buta warna dan memberikan saran terbaik untuk membantu anak beradaptasi dengan kondisinya.

Buta Warna dan Peran Orang Tua

Peran orang tua sangat penting dalam mendukung anak yang mengalami buta warna. Sebagai langkah awal, orang tua perlu menerima kondisi ini sebagai bagian dari keunikan anak, bukan sebagai kelemahan. Pemahaman yang baik dari orang tua akan membantu anak merasa diterima dan lebih percaya diri.

Jika anak terdiagnosis buta warna, orang tua dapat bekerja sama dengan guru atau pihak sekolah untuk menciptakan metode pembelajaran yang inklusif. Misalnya, alih-alih menggunakan warna sebagai satu-satunya cara untuk membedakan informasi, gunakan simbol atau label yang mudah dikenali. Teknologi juga dapat digunakan menjadi alat bantu yang efektif. Saat ini, sudah ada aplikasi dan perangkat lunak yang dirancang untuk membantu individu dengan buta warna memahami warna secara lebih baik.

Selain itu, penting bagi orang tua untuk mengajarkan anak cara mengomunikasikan kondisi mereka kepada orang lain. Dengan demikian, anak dapat menjelaskan kebutuhan mereka secara mandiri, baik di sekolah maupun dalam lingkungan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun