Meskipun penelitian tentang dampak mikroplastik pada kesehatan manusia masih dalam tahap awal, bukti-bukti yang ada sudah cukup untuk menimbulkan kekhawatiran. Mikroplastik bukan hanya benda asing yang masuk ke tubuh, tetapi juga sering membawa bahan kimia berbahaya yang terikat di permukaannya. Bahan kimia seperti bisfenol A (BPA), ftalat, dan logam berat diketahui dapat mengganggu fungsi tubuh, terutama sistem endokrin atau hormon.
Paparan mikroplastik dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Salah satu dampak yang paling dikhawatirkan adalah gangguan hormon. Bahan kimia dalam mikroplastik dapat bertindak sebagai pengganggu endokrin, yang berarti mereka dapat meniru atau menghalangi kerja hormon alami dalam tubuh. Akibatnya, keseimbangan hormon terganggu, yang dapat menyebabkan masalah reproduksi, gangguan perkembangan pada anak, hingga peningkatan risiko kanker tertentu.
Selain itu, mikroplastik yang terperangkap dalam jaringan tubuh dapat memicu respons peradangan. Dalam jangka panjang, peradangan ini dapat merusak jaringan dan organ, meningkatkan risiko penyakit kronis. Penelitian juga menunjukkan bahwa paparan mikroplastik dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.
Dampak lainnya adalah pada sistem pernapasan. Mikroplastik yang terhirup melalui udara dapat menumpuk di paru-paru dan menyebabkan kerusakan jaringan. Hal ini mirip dengan efek yang disebabkan oleh partikel debu atau polutan udara lainnya. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat memicu penyakit pernapasan kronis, seperti asma atau bronkitis.
Bukti-Bukti Kehadiran Mikroplastik
Berbagai penelitian telah mengungkap kehadiran mikroplastik di lingkungan dan tubuh manusia. Sebuah studi yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) menemukan bahwa hampir semua air minum di dunia, baik air kemasan maupun air keran, mengandung mikroplastik. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa rata-rata manusia mengonsumsi hingga 5 gram mikroplastik setiap minggu, setara dengan berat sebuah kartu kredit.
Di lingkungan, mikroplastik ditemukan di lautan dalam jumlah yang mencengangkan. Menurut data dari Ocean Conservancy, sekitar 8 juta ton plastik masuk ke lautan setiap tahunnya. Plastik ini perlahan terdegradasi menjadi mikroplastik, mencemari ekosistem laut, dan masuk ke rantai makanan. Tidak hanya itu, mikroplastik juga ditemukan di tanah pertanian, yang berpotensi mencemari tanaman pangan.
Lebih mengejutkan, mikroplastik bahkan telah ditemukan dalam plasenta manusia. Temuan ini menunjukkan bahwa mikroplastik tidak hanya masuk ke tubuh manusia, tetapi juga dapat mencapai organ vital dan berpotensi memengaruhi perkembangan janin.
Solusi Menghadapi Ancaman Mikroplastik
Mengatasi masalah mikroplastik memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan individu, komunitas, hingga pemerintah. Sebagai langkah awal, kita bisa mulai dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Misalnya, membawa tas belanja sendiri, menggunakan botol minuman yang dapat diisi ulang, dan menghindari sedotan plastik.
Selain itu, penting untuk memilih produk ramah lingkungan. Banyak produsen kosmetik dan perawatan tubuh kini mulai menghilangkan penggunaan microbeads dalam produk mereka. Membeli produk dengan label "bebas mikroplastik" dapat membantu mengurangi paparan partikel ini.