Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masihkah Ujian Nasional Relevan Sebagai Standar Pendidikan Indonesia?

4 Januari 2025   11:14 Diperbarui: 4 Januari 2025   11:14 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) (ANTARA FOTO/HENDRA NURDIYANSYAH)

Tekanan Psikologis pada Siswa dan Dampak Jangka Panjang

Selain persoalan teknis, Ujian Nasional juga sering kali dikritik karena dampaknya terhadap kesehatan mental siswa. Ujian ini dianggap memberikan tekanan yang sangat besar, terutama karena hasilnya sering dijadikan patokan utama kelulusan. Siswa merasa masa depan mereka dipertaruhkan hanya dalam beberapa hari ujian.

Kondisi ini memunculkan fenomena belajar yang kurang sehat. Banyak siswa lebih fokus pada menghafal materi ujian daripada memahami konsep secara mendalam. Bimbingan belajar pun menjadi solusi instan yang marak digunakan, namun sering kali hanya bertujuan untuk meningkatkan nilai tanpa membangun pemahaman mendasar.

Dampak psikologis ini bahkan tak jarang berujung pada masalah kesehatan mental, seperti kecemasan berlebihan, stres, dan penurunan kepercayaan diri. Fenomena ini diamini oleh penelitian yang dilakukan oleh Universitas Indonesia, yang menemukan bahwa 70% siswa merasa cemas menghadapi Ujian Nasional , dan sebagian besar merasa bahwa ujian tersebut tidak mencerminkan kemampuan mereka yang sebenarnya.

Perubahan Menuju Sistem yang Lebih Holistik

Menyadari berbagai kelemahan Ujian Nasional , pemerintah akhirnya memutuskan untuk menghapusnya pada tahun 2021 dan menggantinya dengan Asesmen Nasional (AN). Perubahan ini merupakan langkah signifikan menuju evaluasi pendidikan yang lebih inklusif dan holistik.

Berbeda dengan Ujian Nasional, Asesmen Nasional tidak hanya mengukur kemampuan kognitif siswa melalui tes literasi dan numerasi, tetapi juga mengevaluasi lingkungan belajar dan karakter siswa. Survei karakter yang menjadi bagian dari Asesmen Nasional bertujuan untuk memahami nilai-nilai yang tertanam pada siswa, seperti integritas, tanggung jawab, dan empati.

Langkah ini sejalan dengan kebutuhan pendidikan abad ke-21, di mana keterampilan seperti berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi menjadi lebih penting daripada sekadar kemampuan menghafal. Pendidikan tidak lagi hanya tentang hasil, tetapi juga tentang proses belajar yang bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata.

Apakah  Ujian Nasional Masih Memiliki Nilai Positif?

Meski banyak kritik yang diarahkan pada  Ujian Nasional , tidak dapat dipungkiri bahwa sistem ini pernah memberikan kontribusi penting dalam sejarah pendidikan Indonesia.  Ujian Nasional membantu pemerintah mendapatkan data empiris yang menjadi dasar untuk pengambilan kebijakan.

Sebagai contoh, hasil  Ujian Nasional pernah menjadi acuan dalam merancang program peningkatan kualitas guru di daerah tertentu. Selain itu,  Ujian Nasional juga mendorong munculnya kesadaran akan pentingnya standar pendidikan yang merata di seluruh Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun