Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Jika Anak Memiliki Teman Khayalan, Aman Kah?

20 Desember 2024   18:00 Diperbarui: 20 Desember 2024   16:59 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Teman Khayalan Selalu Aman?

Meskipun sebagian besar kasus teman khayalan tidak membahayakan, ada beberapa situasi yang memerlukan perhatian lebih dari orang tua. Salah satu tanda yang perlu diwaspadai adalah jika anak mulai terlalu bergantung pada teman khayalan mereka. Misalnya, jika anak menolak bermain dengan teman-teman sebaya mereka dan hanya ingin berinteraksi dengan teman khayalan, ini bisa menjadi indikasi bahwa mereka kesulitan menjalin hubungan sosial di dunia nyata.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jika teman khayalan memiliki pengaruh negatif terhadap perilaku anak. Sebagai contoh, ada beberapa kasus di mana anak menggunakan teman khayalan sebagai alasan untuk berbuat nakal atau melanggar aturan. Anak mungkin berkata, "Itu bukan saya, itu teman saya yang melakukannya." Jika hal ini terjadi, penting bagi orang tua untuk membantu anak memahami batasan antara tanggung jawab pribadi dan dunia imajinasi mereka.

Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, keberadaan teman khayalan hingga usia remaja atau dewasa dapat menjadi tanda gangguan psikologis yang lebih serius, seperti skizofrenia. Namun, perlu ditekankan bahwa skenario ini sangat jarang terjadi, dan sebagian besar anak secara alami berhenti memiliki teman khayalan seiring dengan pertumbuhan mereka.

Bagaimana Menyikapi Anak dengan Teman Khayalan?

Sebagai orang tua, kamu memiliki peran penting dalam mendampingi anak yang memiliki teman khayalan. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah tetap tenang dan menerima fenomena ini sebagai bagian dari perkembangan normal anak. Jangan terburu-buru menganggap teman khayalan sebagai sesuatu yang buruk atau salah.

Salah satu cara terbaik untuk menyikapi situasi ini adalah dengan mendengarkan cerita anak tentang teman khayalan mereka. Tunjukkan ketertarikanmu, ajukan pertanyaan seperti, "Apa yang kalian bicarakan hari ini?" atau "Bagaimana temanmu itu membantu kamu?" Melalui komunikasi ini, kamu akan memahami lebih dunia batin anak, selain itu hal tersebut juga memperkuat hubungan emosional dengan mereka.

Selain itu, penting untuk memberikan anak kesempatan untuk bersosialisasi dengan teman-teman sebaya mereka. Ajak mereka bermain di luar, ikut kegiatan ekstrakurikuler, atau menghadiri acara keluarga. Dengan cara ini, anak dapat belajar menjalin hubungan sosial di dunia nyata, yang pada akhirnya akan membantu mereka meninggalkan dunia khayalan secara alami.

Jika kamu merasa khawatir dengan perilaku anak yang berkaitan dengan teman khayalan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog anak. Seorang profesional dapat membantu mengevaluasi apakah fenomena ini masih dalam batas normal atau membutuhkan intervensi lebih lanjut.

Bukti Ilmiah yang Mendukung Pentingnya Teman Khayalan

Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa teman khayalan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan anak. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Dr. Stephanie Carlson dari University of Minnesota menemukan bahwa anak-anak yang memiliki teman khayalan menunjukkan tingkat kreativitas yang lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang tidak memiliki teman khayalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun