Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pergi Pagi Pulang Malam, Potret Miris Warga Kota Satelit

19 Desember 2024   14:13 Diperbarui: 19 Desember 2024   14:13 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski situasinya terlihat suram, harapan untuk perubahan tetap ada. Pemerintah telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mengurangi beban perjalanan warga kota satelit, seperti pembangunan MRT, LRT, dan peningkatan layanan KRL. Namun, keberhasilan proyek ini sangat bergantung pada implementasi yang konsisten dan berkelanjutan.

Selain itu, desentralisasi ekonomi juga menjadi kunci penting dalam mengatasi masalah ini. Jika peluang kerja dan fasilitas publik bisa merata di kota-kota satelit, maka warga tidak perlu lagi bergantung pada Jakarta sebagai pusat ekonomi. Beberapa kawasan industri dan perkantoran baru yang mulai bermunculan di Bekasi, Karawang, hingga Serpong menjadi langkah awal yang patut diapresiasi.

Namun, perbaikan ini membutuhkan waktu dan dukungan dari berbagai pihak. Kamu sebagai warga juga bisa berperan aktif dengan mendorong pemerintah untuk lebih serius menangani masalah ini. Dengan begitu, rutinitas pergi pagi pulang malam tidak lagi menjadi cerita miris yang terus berulang.

Kesimpulan

Fenomena pergi pagi pulang malam bukan sekadar kisah perjuangan hidup, tetapi juga potret nyata dari ketimpangan sosial dan infrastruktur yang ada di sekitar kita. Di balik perjalanan panjang yang melelahkan, tersimpan harapan akan kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Kamu mungkin tidak bisa mengubah situasi ini secara instan, tetapi dengan kesadaran dan dukungan yang terus tumbuh, kita bisa membangun kota satelit yang lebih adil dan manusiawi. Karena pada akhirnya, setiap orang berhak untuk hidup dengan waktu yang lebih berkualitas, tanpa harus mengorbankan segalanya hanya demi bertahan hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun