Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sejarah Panjang Bakmi di Indonesia, Dari Jalur Perdagangan ke Meja Kita

14 Desember 2024   13:02 Diperbarui: 14 Desember 2024   13:02 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inovasi lainnya adalah penggunaan media sosial sebagai platform untuk mempromosikan bakmi. Foto-foto bakmi dengan tampilan menggugah selera sering kali viral di Instagram, menarik perhatian generasi muda yang gemar mencoba hal-hal baru. Selain itu, layanan pesan antar makanan juga mempermudah akses masyarakat terhadap bakmi, membuat hidangan ini tetap relevan di tengah perubahan zaman.

Kesimpulan

Bakmi bukan hanya sekadar makanan; ia adalah simbol dari keberagaman dan harmoni. Dari perjalanan panjangnya dari Tiongkok hingga menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner Indonesia, bakmi mencerminkan bagaimana budaya dapat saling mempengaruhi dan menciptakan sesuatu yang unik.

Semangkuk bakmi membawa cerita tentang adaptasi, perjuangan, dan cinta terhadap tradisi. Setiap suapan adalah pengingat akan sejarah panjang yang melibatkan berbagai budaya dan generasi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus menghargai dan melestarikan bakmi sebagai bagian dari warisan kuliner kita.

Makanlah bakmi tidak hanya dengan rasa lapar, tetapi juga dengan rasa hormat terhadap cerita yang terkandung di dalamnya. Bakmi adalah cermin dari kita, sebuah bangsa yang kaya akan budaya, beragam dalam tradisi, dan selalu terbuka untuk hal baru tanpa melupakan akar sejarahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun