Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sejarah Panjang Bakmi di Indonesia, Dari Jalur Perdagangan ke Meja Kita

14 Desember 2024   13:02 Diperbarui: 14 Desember 2024   13:02 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bakmi adalah salah satu kuliner yang tidak pernah kehilangan daya tariknya. Makanan yang sederhana, tetapi kaya rasa ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, mulai dari gerobak pinggir jalan hingga restoran mewah. Namun, di balik kelezatan semangkuk bakmi, juga terselip cerita panjang yang membawa kita ke masa lampau. Sejarah bakmi adalah sejarah tentang perjalanan budaya, adaptasi, dan harmoni, yang membentuk bagaimana makanan ini dipersepsikan dan dinikmati di Indonesia.

Perjalanan dari Tiongkok ke Nusantara

Sejarah bakmi bermula dari Tiongkok, negara yang dikenal sebagai tempat asal banyak kuliner berbasis mie. Dalam bahasa Hokkien, istilah "bakmi" terdiri dari dua kata: "bak" yang berarti daging, dan "mi" yang berarti mie. Di Tiongkok, bakmi telah menjadi bagian dari tradisi kuliner selama ribuan tahun, khususnya di wilayah selatan seperti Fujian dan Guangdong, di mana mie berbasis tepung gandum menjadi bahan pokok.

Bakmi mulai masuk ke Nusantara melalui jalur perdagangan dan migrasi pada abad ke-13 hingga ke-15. Pada masa itu, para pedagang dan imigran Tionghoa membawa serta tradisi dan resep masakan mereka, termasuk bakmi. Mereka memperkenalkan hidangan ini kepada masyarakat setempat sebagai bagian dari budaya kuliner yang mereka bawa. Awalnya, bakmi disajikan dengan bahan dan rasa yang sangat autentik, seperti mie gandum dengan kuah kaldu, sayuran, dan daging babi. Namun, seiring berjalannya waktu, hidangan ini mulai beradaptasi dengan selera lokal yang dapat dicicipi semua kalangan di Indonesia.

Adaptasi Bakmi dalam Budaya Nusantara

Saat masuk ke Nusantara, bakmi mengalami perubahan besar. Salah satu faktor utama adalah perbedaan budaya dan agama di Indonesia. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, penggunaan daging babi dalam hidangan bakmi menjadi kurang diterima di banyak daerah. Sebagai gantinya, daging ayam dan sapi mulai digunakan sebagai bahan utama, sehingga terciptalah varian bakmi ayam yang saat ini sangat populer.

Tidak hanya bahan yang mengalami perubahan, tetapi juga bumbu dan cara penyajiannya. Bakmi yang awalnya bercita rasa sederhana mulai diperkaya dengan rempah-rempah khas Indonesia, seperti bawang putih, bawang merah, dan lada. Kecap manis, yang merupakan produk lokal, juga ditambahkan untuk memberikan rasa yang khas dan berbeda dari versi aslinya di Tiongkok.

Di beberapa daerah, bakmi juga diolah dengan cara unik yang mencerminkan karakter lokal. Misalnya, Bakmi Jawa dimasak menggunakan anglo (tungku tradisional) dan dicampur dengan bumbu-bumbu seperti kemiri, daun salam, dan santan, menciptakan rasa yang sangat berbeda dari bakmi Tiongkok. Selain itu, bakmi di daerah Sumatra sering kali disajikan dengan cita rasa pedas, mencerminkan kecintaan masyarakat setempat terhadap makanan berbumbu kuat.

Perkembangan Bakmi di Era Kolonial

Di era kolonial Belanda, bakmi mulai mendapatkan popularitas yang lebih luas. Pada masa itu, komunitas Tionghoa memainkan peran penting dalam perekonomian lokal, termasuk dalam industri makanan. Warung bakmi bermunculan di berbagai kota besar seperti Batavia (Jakarta), Semarang, dan Surabaya, menjadi tempat makan favorit bagi masyarakat dari berbagai latar belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun