Minimnya Dukungan untuk Ayah
Salah satu alasan mengapa daddy blues menjadi masalah yang menjamur adalah minimnya dukungan yang tersedia bagi ayah. Berbeda dengan ibu yang sering mendapat perhatian lebih terkait kesehatan mental, ayah cenderung diabaikan. Di masyarakat kita, masih ada stigma bahwa seorang ayah harus selalu kuat dan mampu mengatasi segala tantangan tanpa bantuan.
Padahal, studi yang dilakukan oleh National Institute of Mental Health menunjukkan bahwa ayah juga memiliki risiko tinggi mengalami depresi pasca-kelahiran anak. Depresi ini dapat diperburuk oleh kurangnya waktu istirahat, tekanan finansial, dan ketidakseimbangan peran dalam rumah tangga. Sayangnya, banyak ayah yang enggan mencari bantuan profesional karena merasa malu atau takut dianggap lemah.
Sebagai contoh, seorang ayah muda bernama Andi (bukan nama sebenarnya) mengungkapkan bahwa ia merasa tertekan setelah kelahiran anak pertamanya. Meski mencintai keluarganya, Andi merasa kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dan pengasuhan anak. "Saya merasa seperti gagal sebagai ayah," katanya. Namun, ketika ia mencoba bercerita kepada teman-temannya, mereka hanya menanggapinya dengan candaan. Hal ini membuat Andi semakin enggan untuk membuka diri.
Dampak Daddy Blues terhadap Keluarga
Daddy blues tidak hanya memengaruhi ayah secara individu, tetapi juga berdampak besar pada dinamika keluarga. Ayah yang mengalami tekanan emosional cenderung menarik diri, baik secara fisik maupun emosional, dari pasangan dan anak-anak mereka. Ini dapat menciptakan jarak dalam hubungan keluarga, yang pada akhirnya memengaruhi kesejahteraan emosional anak.
Seorang anak yang tumbuh tanpa kehadiran emosional ayah mungkin mengalami kesulitan membangun hubungan yang sehat di masa depan. Studi dari Journal of Family Psychology mengungkapkan bahwa anak-anak yang kurang mendapat dukungan emosional dari ayah lebih rentan mengalami masalah perilaku dan gangguan kecemasan.
Lebih jauh lagi, tekanan yang dirasakan ayah juga dapat memicu konflik dalam rumah tangga. Ayah yang merasa tidak dihargai atau kewalahan cenderung menunjukkan perubahan perilaku, seperti mudah marah atau menarik diri. Hal ini dapat menimbulkan ketegangan antara pasangan, yang pada akhirnya memengaruhi stabilitas keluarga secara keseluruhan.
Langkah untuk Mengatasi Daddy Blues
Mengatasi daddy blues memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan keluarga, masyarakat, dan dukungan profesional. Langkah pertama yang harus diambil adalah meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental ayah. Tidak ada yang salah dengan merasa lelah, cemas, atau bahkan sedih. Penting untuk menyadari bahwa perasaan tersebut adalah bagian alami dari proses menjadi orang tua.
Kamu juga perlu menciptakan ruang diskusi yang aman bagi ayah untuk berbagi pengalaman mereka tanpa rasa takut dihakimi. Komunitas ayah, baik online maupun offline, bisa menjadi tempat yang efektif untuk mendukung satu sama lain.